Mohon tunggu...
M. ERIK IBRAHIM
M. ERIK IBRAHIM Mohon Tunggu... Freelancer - 🐇🦢🌱Berakit Rakit Ke hulu, Berenang renang ketepian, aku bersungguh sungguh untuk kamu, TAPI, kamu malah demikian🌴🌿
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

🐇🦢 Terbentur----TeRBENTUR----TerbENTUR----TERBENTUK🐇🦢

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengamen yang Membisu

15 Juli 2022   09:20 Diperbarui: 21 Juli 2022   08:43 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : wallpaperbetter.com

Naura---begitulah sapaan akrab yang menyelimuti dirinya ketika menjadi sebuah pengamen di jalanan yang penuh dengan riap riuh kebisingan kota nya. 

Tidak ingin terbujur kaku dalam jeratan perekonomian yang menghimpit... Ia harus mengobarkan semangat jiwa dan raganya untuk memenuhi kebutuhan nya sehari hari. 

Mau bagaimana lagi...! Terpaksa ia harus lakukan itu kerana mencari pekerjaan untuk nya bukanlah hal yang mudah. Bagai,... 

-Mencari sebutir debu dalam lautan jerami-

Baginya sangat susah dan enggan bisa dibayangkan lagi...! Tapi jangan heran... Kesabaran nya memang seluas samudera. 

Tidak ingin hanyut dalam hingar bingar kebahagiaan... Mengamen lah ia jalankan sebagai rutinitas sehari-hari. 

Tidak mengapa...! Walau hanya keringat yang didapat

Tidak mengapa...! Meskipun suara serak serak hampir lirih melandanya

Tidak mengapa manakala...! Hanya sedikit rupiah yang bisa ia dapatkan. 

Aku hanya ingin mengais rezeki

Dipagi, siang malam dan sore ini

Dengan alunan suara ku ini

Agar engkau ikhlas memberi

Dengan senang hati

Hanya lirik lagu itu yang ia pilih untuk didendangkan kepara pendengar nya nanti. 

Apa ia tidak memiliki lagu lain?... 

Sssttt....! Pelankan alunan suara mu itu, karena itu bisa membuat hatinya terluka... Tersayat dan tanpa sengaja mencabik cabik raganya secara halus. 

Terkulai lemah... Lemas... Dan lemah ia tampakan saat sedang bernyanyi khususnya di panas terik matahari yang menyengat nya. 

Ketika mentari bagai bola panas berpijar itu sudah mulai terbenam, ia terpaksa harus menepi dulu... Bukan apa apa... 

  1. Ia harus membersihkan pakaian nya..
  2. Meskipun raganya ingin terlelap---Tapi...!tubuh nya harus gunakan untuk merengkuh... 
  3. Berdoa
  4. Bermunajat kepada Tuhan yang Maha Pemberi Rezeki

Siapa tahu... Apa yang ia panjatkan... Segera terkabul... 

Sederhana saja...! Ia hanya ingin rezeki yang diberikan Tuhan, cukup untuk memenuhi kebutuhan nya di saat ia benar benar butuh. 

Waktu semakin berlarut malam ditengah politik keuangan mendera nya dan membayangi nya setiap hari.

Harus---ia harus bergegas beranjak pergi meninggalkan masjid untuk mengarungi hukum alam ini. 

Terus bersenandung dengan lagu yang satu satunya ia hapal itu, ia harus berjalan setapak demi setapak untuk trip dan melanjutkan mengais rezeki. 

Saat itu...! Harus harus terpaksa menepi sejenak untuk pergi ke tempat buang air kecil dan sesuai itu, ia melihat cermin.. 

" Cermin... Aku ingin bertanya pada dirimu, apakah ini memang adil untuk ku, atau bagaimana? "

Entah apa alasan yang pasti ia berangan angan seperti itu dan terlintas bayangan untuk berujar itu di benaknya. 

Tubuh nya sedikit terenyuh dan ia sesekali menyeka air mata yang hampir berjatuhan mengitari pipinya. 

" Waduh.. Kenapa aku melamun di sini, aku harus segera bergegas menyambut pundi pundi rezeki ku lagi "

Ia melanjutkan perjalanan dan menemukan hingar bingar keramaian disana... Bertolak lah ia ke negeri itu... 

~Namun... Tidak seperti harapannya...!~

  • Meskipun di keramaian... 
  • Walaupun banyak orang berlalu lalang... 
  • Meskipun banyak orang yang menyaksikan nya.... 

Sepeserpun uang tak kunjung berjatuhan di kaleng roti kecil milik nya... 

Ia... Terus... Terus... Dan terus bernyanyi Mmm! Hingga suara nya menjadi pelan... Lirih.. Kemudian sirna seketika... 

Tapi... Tetap tertanam di hatinya, ia harus tetap mengamen demi kebutuhan nya

Terus bernyanyi dan tertunduk lesu tanpa suara.. Hanya membisu sembari memetik gitar yang ia punya... 


#

# Semarang, 15.07 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun