Naura---begitulah sapaan akrab yang menyelimuti dirinya ketika menjadi sebuah pengamen di jalanan yang penuh dengan riap riuh kebisingan kota nya.
Tidak ingin terbujur kaku dalam jeratan perekonomian yang menghimpit... Ia harus mengobarkan semangat jiwa dan raganya untuk memenuhi kebutuhan nya sehari hari.
Mau bagaimana lagi...! Terpaksa ia harus lakukan itu kerana mencari pekerjaan untuk nya bukanlah hal yang mudah. Bagai,...
Baca juga: Sisi Manfaat dan Positif dari Mati Suri
-Mencari sebutir debu dalam lautan jerami-
Baginya sangat susah dan enggan bisa dibayangkan lagi...! Tapi jangan heran... Kesabaran nya memang seluas samudera.
Tidak ingin hanyut dalam hingar bingar kebahagiaan... Mengamen lah ia jalankan sebagai rutinitas sehari-hari.
Tidak mengapa...! Walau hanya keringat yang didapat
Tidak mengapa...! Meskipun suara serak serak hampir lirih melandanya
Tidak mengapa manakala...! Hanya sedikit rupiah yang bisa ia dapatkan.
Aku hanya ingin mengais rezeki
Dipagi, siang malam dan sore ini
Dengan alunan suara ku ini
Agar engkau ikhlas memberi
Dengan senang hati
Hanya lirik lagu itu yang ia pilih untuk didendangkan kepara pendengar nya nanti.
Apa ia tidak memiliki lagu lain?...
Sssttt....! Pelankan alunan suara mu itu, karena itu bisa membuat hatinya terluka... Tersayat dan tanpa sengaja mencabik cabik raganya secara halus.
Terkulai lemah... Lemas... Dan lemah ia tampakan saat sedang bernyanyi khususnya di panas terik matahari yang menyengat nya.
Ketika mentari bagai bola panas berpijar itu sudah mulai terbenam, ia terpaksa harus menepi dulu... Bukan apa apa...
- Ia harus membersihkan pakaian nya..
- Meskipun raganya ingin terlelap---Tapi...!tubuh nya harus gunakan untuk merengkuh...
- Berdoa
- Bermunajat kepada Tuhan yang Maha Pemberi Rezeki
Siapa tahu... Apa yang ia panjatkan... Segera terkabul...
Sederhana saja...! Ia hanya ingin rezeki yang diberikan Tuhan, cukup untuk memenuhi kebutuhan nya di saat ia benar benar butuh.
Waktu semakin berlarut malam ditengah politik keuangan mendera nya dan membayangi nya setiap hari.
Harus---ia harus bergegas beranjak pergi meninggalkan masjid untuk mengarungi hukum alam ini.
Terus bersenandung dengan lagu yang satu satunya ia hapal itu, ia harus berjalan setapak demi setapak untuk trip dan melanjutkan mengais rezeki.
Saat itu...! Harus harus terpaksa menepi sejenak untuk pergi ke tempat buang air kecil dan sesuai itu, ia melihat cermin..
" Cermin... Aku ingin bertanya pada dirimu, apakah ini memang adil untuk ku, atau bagaimana? "
Entah apa alasan yang pasti ia berangan angan seperti itu dan terlintas bayangan untuk berujar itu di benaknya.
Tubuh nya sedikit terenyuh dan ia sesekali menyeka air mata yang hampir berjatuhan mengitari pipinya.
" Waduh.. Kenapa aku melamun di sini, aku harus segera bergegas menyambut pundi pundi rezeki ku lagi "
Ia melanjutkan perjalanan dan menemukan hingar bingar keramaian disana... Bertolak lah ia ke negeri itu...
~Namun... Tidak seperti harapannya...!~
- Meskipun di keramaian...
- Walaupun banyak orang berlalu lalang...
- Meskipun banyak orang yang menyaksikan nya....
Sepeserpun uang tak kunjung berjatuhan di kaleng roti kecil milik nya...
Ia... Terus... Terus... Dan terus bernyanyi Mmm! Hingga suara nya menjadi pelan... Lirih.. Kemudian sirna seketika...
Tapi... Tetap tertanam di hatinya, ia harus tetap mengamen demi kebutuhan nya
Terus bernyanyi dan tertunduk lesu tanpa suara.. Hanya membisu sembari memetik gitar yang ia punya...
#
# Semarang, 15.07 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H