Dia duduk, kain sofa memeluk bentuknya saat dia merenungkan jalan di depan. Babak kehidupan mereka bersama belum lengkap, kalimat-kalimat terbuang sia-sia, menunggu untuk diisi dengan tindakan dan realisasi yang belum datang.
Maka, dengan rasa kopi yang masih melekat di lidahnya---pengingat pahit akan rumitnya hidup---Aditya Wirawan menghadapi malam, hatinya seperti pendulum yang berayun antara keraguan dan tekad.
BERSAMBUNG ....Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!