Mohon tunggu...
Ric Erica
Ric Erica Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Menulis mempertahankan kewarasan saya.. www.ericamascalova.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Womanizer atau Galaunizer (versi Medsos)

18 Mei 2013   14:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:23 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Prolog : Sekilas tentang Womanizer* Medsos

Gagal menjadi Womanizer di kehidupan nyata jangan membuatmu patah arang hanya semata-mata karena kamu kurang gagah, kurang kinclong, atau  kurang berduit. Jangan putus asa! Setidaknya, kamu masih punya kesempatan kedua untuk menjajal bakat Womanizer mu di media sosial. Yah, media sosial yang makin penuh dijejalin jutaan profile beraneka rupa. Salah satunya ya media kesayangan kita ini lah, Buku Muka.
Menjadi Womanizer di dunia Buku Muka? Tidakkah menarik? Bahkan lebih menarik dari yang  bisa kamu bayangkan! Karena, kamu tidak perlu mengeluarkan banyak uang, berpenampilan rapi mengkilat atau memiliki kecerdasan seorang Einstein. Setidaknya seorang kenalanku di Buku Muka, telah melakukannya bertahun-tahun. Simak ceritaku ini ya. Buka fikiranmu terang-terang, jangan biarkan secungkil debu pun menodainya.

Tidak sulit menjadi seorang Womanizer di dunia Buku Muka. Tidak perlu rupawan, tidak perlu cemerlang, tidak perlu tinggi dan ideal seperti yang umumnya dimiliki oleh Womanizer di dunia nyata. Yang kamu perlu lakukan, hanya cukup membuat sebuah akun dengan tema “GENTLEMAN ABIS”.  Upload beberapa foto pribadi yang sudah kamu photoshop disana-sini, agar terlihat lebih bright dari aslinya. Beri sentuhan GENTLE di profile mu. Aku sarankan kamu untuk menuliskan beberapa kalimat tentang cinta dan kekaguman tentang perempuan. Misalnya nih, “Perempuan itu untuk dicintai, bukan disakiti”, “Perempuan yang menarik itu tidak harus cantik, ia harus lembut, berjubahkan kebeningan hati, berhiaskan kemuliaan diri, bla bla bla bla bla.. “,  atau  kamu boleh mengutip sedikit kalimat pak M*rio Lebay yang sering dikerubuti kaum perempuan baik dari kalangan ABG hingga ibu-ibu.  Yang intinya, begitu ada  teman perempuan yang membuka profilemu, ia akan bertekuk lutut merapuh di sudut friend requestmu. AJIB kan?

Membuat akun sudah, mengupload foto sudah, mengisi profile sudah, lalu apalagi? Langkah selanjutnya adalah, bersosialisasi. Mencari teman-teman baru, dan teman-teman lama yang asyik-asyik punya, dan berinteraksilah dengan normal, lupakan sejenak visi misimu menjadi Womanizer.  Untuk menjadi seorang Womanizer sejati di dunia media sosial, kamu harus fokus menjadi seorang Gentleman. Gentleman sejati. Mulailah menuliskan status-status ringan tentang kehidupan sehari-hari yang menggelitik. Pastikan, setiap hari harus ada minimal 10 teman baru dengan komposisi 1 teman laki-laki dan 9 teman perempuan. Lakukan ini hingga jumlah friendlistmu mencapai 100 orang. Semakin banyak friendlistmu, semakin besar kemungkinan untukmu mengumpulkan penggemar dari kalangan perempuan.

Ketika jumlah friendlistmu sudah diatas 100 orang, mulailah fokus dengan berburu kaum perempuan. Yang manis, yang manja, yang galau, harus jadi prioritas utama. Kirimi mereka pesan inbox dengan beberapa baris kalimat, “Hai, boleh kenal? Rasanya saya familiar dengan senyum manis kamu.” Jederrrrrrrrrrrr, pasti langsung diterima punya.

Tapi, hati-hati juga, pastikan, perempuan-perempuan yang kau pilih, jangan hanya sekedar cantik, manis, manja dan galau. Pastikan mereka juga ‘kurang pintar”, “gampang ge er an”, dan yang terakhir, ini !MUTLAK! Dia  bukan PENULIS PEREMPUAN yang sadis ya!

* * * *

Ilustrasi 1:  Antara Asmoro dan Marsha

Naas sekali laki-laki itu. Karirnya sebagai Womanizer Media Sosial di Buku Muka, nyaris dipertaruhkan. Asmoro namanya,  berusia pertengahan 30an,  laki-laki keturunan Jawa yang lemah lembut dan imut, yang nyaris tidak tegaan untuk menginjak semut.

Sehari-hari ia meluangkan waktu nya yang banyak itu di sela-sela kesibukannya sebagai pegawai normatif yang tidak sibuk itu di sebuah kantor pemerintahan ibukota, untuk berkarir sebagai Penakluk Perempuan. Tentu saja ia sudah memiliki seorang istri yang baik dan tak kalah lemah lembutnya, dan baru-baru ini mereka dianugerahi sepasang pangeran dan putri yang memikat hati.

Hidupnya hampir sempurna, meski hidupnya masih sederhana, namun bahagia tak pernah jauh-jauh dari mereka.  Tinggal di sebuah istana mungil yang dinaungi pelangi, dimana celotehan-celotehan manis selalu menghiasi hari.

Hingga suatu hari, Asmoro  bertemu Marsha, seorang perempuan dewasa yang memiliki zodiak, lahir di tahun yang sama, dan sama-sama memiliki minat yang sama, yaitu menulis. Hanya saja, jika Asmoro menulis tentang cinta, Marsha lebih tertarik menulis tentang hal-hal yang menggelitik perhatiannya dalam hidup sehari-hari.

Asmoro tak banyak tahu tentang perempuan itu sebenarnya. Ia hanya tau, Marsha cukup menarik perhatiannya dengan letupan-letupan emosi yang ia libatkan dalam setiap ketikan jari lincahnya.

“Sist Marsha, rupanya kita satu zodiak ya. Tahun kelahiran kitapun sama.” begitu Asmoro menuliskan pesan di kotak pesan Buku Muka setelah mengucapkan selamat ulang tahun kepada Marsha.

“Emang kenapa? Bangga ya?” yang hanya dijawab selugas itu, dan seperti biasa Asmoro akan tertawa terkekeh-kekeh membaca respon singkat perempuan itu setiap disapa. Unpredictable.

“Gak sih. Saya surprise saja, kita berdua bernaung di zodiak yang sama, hanya beda beberapa hari dan sepertinya watak kita gak jauh beda. Kamu suka menulis, demikian juga aku.”

“Ohhhhhhh.” begitu jawabnya.

Dan pembicaraan itu pun meluap begitu saja. Marsha kembali menghilang, sibuk membalas ucapan-ucapan selamat ulang tahun yang datang hari ini di akun Buku Mukanya, dan Asmoro tergelitik untuk menuliskan sebuah puisi puitis untuk Marsha.

“Hari ini ulangtahunmu. Dan beberapa hari lagi ulangtahunku. Aku berharap suatu hari, kita bisa merayakan ulangtahun bersama, Kau dengan gaun merahmu, dan aku dengan kemeja putihku. Kita berdua akan serasi duduk di bibir pantai, menikmati sinar matahari yang membelai raga. Tak sabar ingin merengkuh bahu indahmu, untuk kusimpan lembut-lembut dalam kedamaian jiwaku. Ah, rupanya aku sungguh menginginkanmu.”

“Jijay” demikian kata hati Marsha. Ia melihat puisi itu, dan sejak itu, ia berjanji dalam hatinya, ia tidak akan pernah bermanis-manis pada laki-laki genit itu. Sudah punya istri, sudah punya 2 bayi,  kelakuan beda tipis sama dedemit.

Beberapa minggu berlalu, hingga suatu hari Marsha mendapati sebuah inbox aneh di dalam akun Buku Muka nya.

“Sist Marsha, aku sungguh menyukai postinganmu terakhir. Lucu, cerdas. Bolehkah aku menemuimu, sist. Tak sabar ingin mengamati lekuk bibir sexy mu ketika kau berkata-kata, membelai kulit pualam yang membangkitkan indra kelaki-lakianku dan merangkul pinggangmu yang aduhai” yang membuat Marsha amat sangat ingin melempar sebuah mesin jahit, mesin photocopy, lemari baju berikut kulkas kepada Asmoro.

“Kasihan sekali orang ini ya. Otak nya ada isi apa gak ya? Tunggu saja, statusmu sebagai Womanizer akan kurubah menjadi Galaunizer” begitu desisnya dalam hati.

Dan sejak hari itu, Marsha menunggu saat-saat yang tepat untuk memberi pelajaran pada laki-laki mata keranjang itu. Tentu saja dia juga punya pilihan untuk menghapus Asmoro dari friendlistnya, tapi bagi Marsha permainan ini terlalu menarik untuk di selesaikan demikian cepat.

Pembahasan :

Bukankah laki-laki seperti Asmoro ini banyak di media social Buku Muka itu?

Hanya mengandalkan tulisan-tulisan yang seolah-olah lembut, tapi sebenarnya bermuatan melecehkan. Tak kepalang, mereka kerap membawa kalimat-kalimat yang hanya pantas di ucapkan di kamar tidur (mohon dibaca “kalimat-kalimat bermuatan seksual) dikemas dalam bentuk puisi puisi indah terselubung, tapi bila kalian jeli, kalian bisa mengerti bahwa kalimat mereka adalah kalimat yang melecehkan. Kalau Toko Online saja semakin menjamur dimana-mana, maka janganlah heran jika Pelecehan Online juga mudah didapati dimana-mana kan?

Saya membaca, di berbagai surat kabar online, bahwa Pelecehan Seksual Online kini semakin marak. Dan Pelecehan Seksual secara on line ini, paling banyak ditemukan di media social. Berawal dari kata-kata yang menjurus-jurus yang dituliskan menjadi sebuah status, lalu berkembang menjurus langsung kepada sasaran, upload foto-foto soft-pornography berkedok ART/Seni, lalu kemudian bergeser menjadi Pelecehan Seksual terang-terangan di media social. Dan, seperti yang sudah kita ketahui, Pelecehan Seksual secara on line ini juga berpotensi memicu pelecehan di dunia nyata dan bahkan cikal bakal pemerkosaan.

Tapi anehnya, ini sekali lagi ANEH. Masih banyak kaum perempuan yang tidak sadar, bahwa mereka sedang menjadi OBJEK PELECEHAN ONLINE. Aku masih sering mendapati, para kaum perempuan berkerumun di sebuah status yang di tulis oleh seorang WOMANIZER MEDSOS yang sedang tebar pesona. Kalimat yang dituliskannya itu sungguh hanya sebuah puisi erotis murahan yang menyebutkan beberapa buah organ tubuh yang MAAF amat sangat pribadi dan MELECEHKAN kaum perempuan.

Tapi, herannya jempol yang berdatangan  bisa mencapai 50, comment yang masuk hingga 40an, dan hal yang paling memalukan adalah sebagian besar respon itu berasal dari kaum perempuan.

“Ah pujangga ku beraksi. Selamat malammmmmm mas..”

“So sweet.. Jadi mau …. Sayangnya aku… ”

“Kekasihku sedang tak disini kanda..”

Hiyyyy jijay aku membacanya satu persatu.

Dan, kalau kalian rajin membuka profile siapa pemilik tulisan-tulisan sensual itu, kalian akan terkejut lagi. Pemiliknya tidaklah rupawan. Tidak juga gagah. Berduit? Belum tentu. Kok penggemarnya bisa ribuan? Hellooooooo Ladies! Kalian sedang dilecehkan, tapi mengapa kalian senang-senang saja?

* * * *

Ilustrasi 2 : From Womanizer to Galaunizer

Asmoro menarik nafas panjang. Hari itu sungguh berat. Marsha melakukan pembalasannya. Ini semua berawal dari sebuah kesalahan kecil. Kesalahan strategi!

Asmoro hanya ingin memberi tahu Marsha, bahwa sebagai laki-laki ia bukanlah laki-laki  yang lemah yang harus tunduk dan setuju pada setiap kata-kata yang diketik Marsha pada status-statusnya. Yah satu bulan terakhir ini, Asmoro dan Marsha memang kerap  berbeda pendapat. Tapi, semua juga sudah tahu siapa Marsha. Ia perempuan yang keras hati dan berprinsip. Marsha tidak pernah takut menyuarakan fikirannya bila melihat / mendengar hal-hal yang mengusik hati nuraninya. Dan Marsha juga tidak pernah gentar mempertahankan prinsipnya meski ia didebat oleh teman-teman berbeda pandangan dengannya. Banyak teman laki-laki Marsha menjuluki ia ‘The Iron Lady versi Buku Muka.’

Hari itu, tepat jam 1 malam, Asmoro meng update sebuah status. Rupanya perdebatan-perdebatan terakhir dengan Marsha cukup mengganggu fikirannya.

Satu bulan belakangan ini kita selalu berselisih pendapat. Entah karena dirimu yang sulit memahami makna tulisanku atau aku yang enggan memuaskan egomu.
Bukankah tahun kelahiran dan rasi bintang kita sama.?? Watak kita juga tak beda jauh. Kita sama, mampu membaca pikiran orang lain, menafsirka­n keadaan, dan lihai meraba perasaan lawan jenis.

Satu hal nyata yang menjadi pembeda antara kau dan aku hanya jenis kelamin. Kau perempuan dan aku laki-laki. Lantas mengapa kau boleh tau segalanya dan aku harus tunduk kepada senyum mesra dan lekuk tubuh molekmu, dan  kita berbaring di peraduan?

Bahagialah saat aku bersyukur mengenalmu hanya di dunia maya. Oh iya.. lain waktu silahkan kau ambil karakterku menjadi tokoh protagonis atau antagonis di novel yang kau tulis. Aku sudah mulai terbiasa mengenalmu sebagai perempuan yang selalu mendapatkan apa yang di inginkan.

Dan Asmoro tak pernah menyangka sebelumnya bahwa Marsha memang telah menunggu saat-saat ini. Saat dimana ia bisa menghantam Asmoro dengan kalimat-kalimat pedasnya, sekaligus mengembalikan fikiran warasnya yang selama ini entah hilang kemana. Marsha menemukan momentnya.

Status Asmoro yang melecehkan itu segera disambar oleh Marsha dengan peluru-peluru huruf yang menunggu waktu untuk ditembakkan. Seharian Asmoro mendekam di pesembunyian, padahal biasanya 27 x sehari Asmoro meng-update status untuk penggemar-penggemarnya.  Marsha bukan perempuan bodoh. Dia sudah lama memperhatikan sepak terjang Asmoro yang selalu seenaknya melecehkan kaumnya. Dan Asmoro harus diberi pelajaran.

Bagi laki-laki seperti Asmoro, status seperti itu biasa. Ia kerap menulis status-status curhatan hati yang bernuansakan sensualisme tentu saja, sebagai ciri khasnya, dan menghadiahi status-status itu kepada seseorang yang diharapkannya “mengerti”.

Tapi, tidak demikian bagi Marsha. Status itu dilahapnya dengan sebuah penjabaran yang cukup pedas kepada Asmoro. Asmoro kelimpungan. Ia tidak menyangka umpannya dimakan habis langsung di lapaknya. Tadinya ia hanya mengira, Marsha akan merasa tersindir saja, dan palingan hanya membuat status balasan di lapaknya sendiri. Tapi ini tidak. Lapaknya KEBAKARAN!

Jari-jari kepoh ingin tahu berdatangan membanjiri lapak Asmoro dan Marsha membiarkannya. Teman-teman perempuan Asmoro yang setuju dengan kick-out mematikan Marsha menyeberang ke kubu Marsha. Asmoro semakin kepanasan. Darahnya mendidih hingga kepala, tapi apa daya jarinya keluh. Otaknya penat. Apa yang dituliskan Marsha menghantam telak jantungnya. Penyangkalan yang dibuatpun hanya membuatnya menjadi bertambah bodoh dan malu. Arghh.. Marsha memang cerdas. Ia sudah mengantisipasi semua kemungkinan penyangkalan itu. Pernyataan-pernyataan Asmoro berikutnya pun menyerang dirinya sendiri. Asmoro GALAU BERAT! Marsha sukses merubah status Asmoro dari seorang WOMANIZER menjadi GALAUNIZER meski hanya sesaat.

Kesimpulan :

Saya yakin, laki-laki seperti Asmoro pasti banyak. Perempuan-perempuan tegas dan berani seperti Marsha juga pasti banyak. Tapi, perempuan-perempuan yang hanya menyimpan kemarahan dalam hati, hanya membuat status balasan dan curhat dengan teman-teman sehati  juga banyak. Lalu, bagaimana dengan perempuan-perempuan yang tidak sadar bahwa mereka secara seksual dilecehkan di media social?

Semua kembali pada kalian sendiri menyikapi fenomena ini.

Apakah akan mengikuti langkah Marsha yang teguh dan tegas tidak mentoleransi segala bentuk pelecehan terhadap dirinya dan berani memberi pelajaran pada laki-laki kurang ajar seperti Asmoro agar kapok dan lebih menghargai perempuan?

Apakah akan menjadi perempuan yang hanya menyimpan kemarahan dalam hati, menghapus pelan-pelan virus Asmoro di friendlistnya?

Apakah akan menjadi perempuan yang hanya membuat status tandingan yang menyindir balik, dan belum tentu tepat sasaran, yang palingan hanya membuat orang puas membaca infotaintment gratisan?

Ataukah menjadi perempuan-perempuan yang membiarkan saja. Yang penting asyik-asyik aja. Hari gini serius amat? Media social kan buat  seneng-seneng aja kaleeeee.

Pelecehan (Seksual) Online di media social manapun tak dapat dihindari. Yang paling mungkin kaulakukan, adalah menghindari memposting foto-foto pribadi yang menonjolkan ke-sexy-an lekuk tubuhmu, karena mungkin saja orang-orang yang berperangai seperti Asmoro  ada di dalam friendlistmu.

Akhir kata, tulisan ini hanya sekedar pencerahan. Semua keputusan ada ditanganmu sendiri. Selamat siang.

Ric Erica - www.ericamascalova.com

Jakarta, 18 Mei 2013 : 13.32PM

Footnote:

Womanizer :

1) A selfish, narcissistic, nefarious character who needs to manipulate and use woman to feed his own childish, self serving ego. Will often seek out girls, in hopes that they’ll be too naive to read his intentions.

2) guy who makes zillions of women think he is in love with them and that he is the best guy in the universe

3) A man who always seems to make women fall for him.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun