Perubahan Otak Akibat Trauma Emosional
Trauma emosional tidak hanya berdampak pada perasaan dan perilaku seseorang, tetapi juga mengubah cara kerja otak. Tiga bagian otak yang paling terpengaruh oleh trauma emosional adalah amigdala, hipokampus, dan prefrontal cortex.
Amigdala: Pengendali Respons Emosi
Amigdala adalah pusat pengolahan emosi di otak. Ini adalah bagian dari sistem limbik yang berperan dalam mengenali bahaya dan memicu respons "lawan atau lari" saat seseorang merasa terancam. Pada individu yang mengalami trauma, amigdala menjadi lebih aktif secara berlebihan, menyebabkan mereka sering merasa waspada atau takut, bahkan dalam situasi yang aman.
Studi Kasus: Seorang tentara yang kembali dari perang mungkin terus merasakan ketakutan berlebihan saat mendengar suara kencang seperti kembang api atau petasan. Ini karena amigdala mereka telah beradaptasi untuk bereaksi terhadap ancaman selama di medan perang, dan respons ini tetap ada meskipun mereka sudah berada di lingkungan yang aman.
Hipokampus: Pusat Ingatan dan Stres
Hipokampus adalah bagian otak yang bertanggung jawab untuk pembentukan memori dan pengelolaan stres. Trauma emosional dapat menyebabkan penyusutan hipokampus, yang mengakibatkan gangguan memori dan kemampuan belajar. Individu yang mengalami trauma sering kali kesulitan mengingat detail dari pengalaman baru, atau merasa cemas setiap kali mencoba mengingat kembali peristiwa traumatis.
Studi Ilmiah: Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Neuroscience menunjukkan bahwa individu yang mengalami PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) memiliki volume hipokampus yang lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki PTSD. Ini menunjukkan bahwa trauma kronis dapat merusak kemampuan otak untuk memproses informasi baru dan mengelola stres secara efektif.
Prefrontal Cortex: Pengendali Pengambilan Keputusan
Prefrontal cortex adalah bagian otak yang bertanggung jawab atas fungsi eksekutif, seperti pengambilan keputusan, kontrol emosi, dan perencanaan ke depan. Ketika seseorang mengalami trauma emosional, prefrontal cortex cenderung tidak bekerja secara optimal, menyebabkan mereka sering mengambil keputusan impulsif atau mengalami kesulitan mengendalikan emosi.
Studi Ilmiah: Penelitian yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan bahwa individu dengan trauma kompleks memiliki aktivitas yang lebih rendah di prefrontal cortex, sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap perilaku impulsif dan tidak rasional.