"Aria." Tiba-tiba suara Ibunya terdengar dari lantai bawah. Dengan sedikit malas ia menuruni tangga. Sesampinya Aria di dapur, ia mendapati seseorang duduk di meja makan bersama Ibu dan Ayahnya. Â Ia tak asing dengan seseorang tersebut, sebab ia sudah mengenal betul siapa dia.
Pagi itu, Ibu Dewa datang ke rumahnya. Memandang Aria dengan keterharuan yang membuncah, yang membuatnya harus menyeka ujung mata beberapa kali. Ia datang mengantarkan undangan untuk keluarga teman anaknya itu. Sambil mengelus kepala Aria pelan, seperti yang dilakukan Dewa semalam ia berucap.
"Datanglah, Nak. Mari kita doakan Dewa setelah empat puluh hari ia tiada."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H