Mohon tunggu...
Erlina Febrianovida
Erlina Febrianovida Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wanita yang masih harus banyak berbenah :-)

Moga yang saya tulis dan bagikan jadi maslahat serta pemberat timbangan amal kebaikan di akhirat kelak, Aamiin... :-)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Toilet Training dengan Hati

28 Agustus 2019   11:04 Diperbarui: 28 Agustus 2019   11:08 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : floridahealth.com

Bahasan ini sudah buanyak banget yang menulis, tapi semua menorehkan ragam kisah yang tak sama dan tak serupa. Satu hal yang disepakati bersama oleh kami-kami yang saat ini masih berkecimpung di dunia per-Toilet Training-an (di tulisan selanjutnya ada yang saya singkat dengan TT) adalah harus banyak bersabar diikuti banyak  Istighfar qiqiqi...

Ih Toilet Training aja sampe segitunya sih? itu kan "cuman" perkara membiasakan anak untuk menggunakan Toilet, supaya gak BAK atau BAB di sembarangan tempat atau diaper yang biasa dipakai.

Hehehe... kalo ortu yang belum terbiasa dengan proses Toilet Training anak, pasti hawanya ingin lempar batu sampe lempar lembing... Let's see gaes, banyak lo pakar dan ilmu ke-parenting-an membahas episode Toilet Training dan sekuel-nya, konklusinya? (belom nulis panjang kali sungai udah masuk konklusi?), Proses Toilet Training bukanlah sekedar soal statement :

"Nak, kalo mau pipis bilang ibu ya"
"Kamu kan sudah besar, jadi besok kita mulai dari nol, kalau pipis di kamar mandi ya dear"

Teorinya mulus lancar banget macam berkendara di ibukota Jakarta saat hari raya Idul Fitri tiba (dan mungkin saat nanti beneran jadi pindah Ibukotanya :-D), tapi prakteknya? bisa menyesakkan dada bila tak cukup kuota sabar dipunya.

Ini kisah toilet training saya dan anak saya, Guin namanya, yang hingga kini masih belajar, tapi Alhamdulillah saya syukuri Guin tak lagi pakai diaper ataupun clodi, baik siang atau malam dari mulai usia Guin 20bulanan. Mudah-mudahan bisa menambah semangat para moms yang lagi maju mundur mulai atau tunda dulu TT-nya. 

Mohon maaf pula bila tulisan ini jadi cenderung membahas geng per-ompolan- dan para konco2nya. Oiya perlu di-tekankan bahwa ini adalah ekpansi saya mengarungi dunia Toilet Training, tak akan bisa sama persis bahkan bisa beda semua saat para ibu mencobanya sendiri, entah bagi mental ibu apalagi anak. Kita semua unik, apalagi debay yang masih bertumbuh ya moms.

Dulu saat masih hamil, saya bertekad akan mengenakan Guin Clodi alias Cloth Diaper atau popok kain, totally, faktanya? hehehe... jauh panggang dari api :-D. 

Saya tak bisa menahan godaan kepraktisan bila menggunakan pospak. Jadilah Guin yang saya gadang-gadang pakai clodi sampai 2 tahun, saya hanya sanggup sampai bulan ke -6, itu juga saat pakai clodi kadang masih diselingi pospak, terlebih 1 bulan terakhir saya  bekerja sebelum resign ngantor, Guin full pakai pospak karena mertua yang saat itu mencoba momong sementara. Selanjutnya bulan ke-7 hingga usia Guin 19-bulanan... Guin pakai Pospak.

Sering rasa bersalah melanda saat membuang sampah pospak, dan makin Guin besar, ada keinginan besar mempercepat Guin supaya lulus Toilet Training. Kesana-kemari, ngobrol A to Z, entah di dunia maya dan nyata (dengan tetangga) saya coba memasuki dunia toilet training, yang katanya tak semudah menyeduh kopi instan yang biasa saya sruput di pagi hari. 

Ada rasa ingin seperti anaknya si A, si B, atau si C yang sudah gak pakai Diaper, eits... saya lantas ingat kembali bahwa tidak seharusnya saya meng-compare setiap milestone-nya Guin dengan anak2 yang lain, it's absolutely wrong dan nantinya malah bikin kita gak hanya sakit kepala sebelah tapi bisa bikin kepala pecah #lebaybangetsayah :-P. Tapi wajar juga kan bila saya ingin seperti yang saya kutip dari floridahealth berikut :

"One thing that many experts agree on is that starting as soon as the child and parent are willing and able to participate (usually between 18-26 mo) is better"

Nah..., atas dasar bisa "sesegera mungkin" itulah separuh poin awal yang menghipnotis saya memberi Guin edukasi soal BAK dan BAB tanpa diaper lagi. Sayangnya saya meremehkan poin selanjutnya "Mau dan Mampu", Siapanya? 

Bukan hanya Guin sebagai Pelajar dalam Toilet Training, Saya dan misua sebagai Orang Tua juga kudu mau lagi mampu berproses mengikuti tahap belajarnya Guin, inilah salahnya saya. Bukan saya tak tahu, hanya saja Teori yang saya sudah kantongi, tak cakap saya implementasikan di lapangan!, cakep!?

Saya memulai proses Toilet Training Guin dengan diiringi banyak deg-degan (karena membaca dari seantaro maya, banyak para moms dengan anak yang TT-nya lebih dari Drama Korea atau Opera China, wuiihhh berat sangat nian, malah ada yang umur sudah besar susyah banget lepas pospak!) . Percobaan pertama adalah saat Guin berusia 13 bulan (Akhir Desember 2018).

 Alhamdulillah sampai di hari ke-3 saja pemirsah...wkwkwk. Duuuuhhh tak terhitung dalam satu hari Guin ber-pipis ria..., karena memang ini baru buatnya. Plus saya jadi mendadak tepar karena sebelumnya masih bisa bermain diselingi baju, piring, gelas dkk, tapi sejak Toilet Training saya hanya berkawan dengan gagang pel sahaja! Bahkan sempat keki dengan misua saat ia berseloroh :

"Udahlah bu, daripada banyak ngoceh gitu, udah pakein pospak lagi aja"
"Iiihh ayah gimana sih? bukan kasih support, kok malah suruh balik lagi supaya Guin pake pospak?!
"ya daripada ngomel2 gak jelas dan pake acara jatoh2an kan?!

Yoa, selama Toilet Training berlangsung, Guin sering jatuh dan 2 kali ngejeledak (halah bahasanyaaa) alias terpeleset  ke belakang, kepala membentur lantai karena saya lebih fokus ke nge-pel!?. Tak perlu konklusi ya moms, intinya percobaan TT Guin gelombang awal adalah... GAGAL! Tet tot...!!!

Baiklah, Setelah menguatkan hati dan fresh kembali, bulan Pebruari 2019 saya mencoba Toilet Training kali kedua untuk Guin. Saat itu Guin berusia 15 bulanan. Alhamdulillah lagi, masih g-a-g-a-l... ha-ha-ha..., saya memang bertahan lebih lama dari sebelumnya, lebih dari 3 hari, tapi tetap kurang dari seminggu!, qiqiqi... Saya ambil kembali pospak dan saya pakaikan lagi untuk Guin. 

Saat itu rasanya bete, sebel, kesyel, mangkel, dongkol, capek, penat, dan ingin rasanya saya unyeng-unyeng seluruh proses Toilet Training bila dibentuk jadi orang!. Saat itu pula saya merasa gagal menjadi Ibu yang sabar menghadapi tumbuh kembang anak, gagal dalam ber-proses padahal cuman perkara pipis anak balita! Saya pupus harapan, saat itu...

Seiring berjalannya waktu, saya mau berdamai dengan keadaan. Tak boleh lagi bersikap "buruk muka cermin dibelah", saya-lah yang salah dengan keseluruhan sikap dan mindset saya menghadapi Guin walau hanya dalam episode Toilet Training saja. Saya evaluasi total, pasti ada yang salah dalam diri saya meng-handle balita yang sedang dalam Toilet Training. 

Sejurus kemudian, saya membayangkan orang dulu yang anaknya bisa belasan Tanpa Pospak, How Come yaaaa..., How Strong Really they were... Anaknya banyak, tanpa pospak, belum lagi urusan masak tanpa kompor gas, nyuci tanpa mesin, dan air tanpa mesin sedot!. 

Bisa karena biasa..., saya tak seperti mereka karena Allah masih beri saya banyak kemudahan, tinggal pencet keluar air, tinggal pencet dan bumbu sudah tercampur, tinggal pencet dan ruangan sudah dingin, seharusnya saya lebih tough dari mereka... yang membuat api saja harus angkut kayu untuk jadi bahan bakar, beda dengan saya yang tinggal ce-klek.

Lalu, saya bertekad untuk ke-3 kalinya memulai dari awal lagi Toilet Training-nya Guin... Saya pahami benar2 dan utuh semua info, termasuk statement DSA Guin @Rumah Sehat Budi Kemuliaan saat Guin imunisasi DPT IV, saat saya menanyakan sekilas mengenai Toilet Training...

"Belum bisa bu..." intinya bu Dokter memberi sinyal untuk toilet training Guin masih belum bisa diharapkan terlalu banyak untuk paham. Justru saya terhenyak karena ada bagian tumbuh kembang Guin yang seharusnya saya optimalkan tetapi luput saya ajarkan... Dalam hal berbicara memang Guin masih sedikit, Alhamdulillah saat Guin berusia 14 bulan sudah mulai berjalan dan di usia 15 bulan Guin sudah benar-benar lancar berjalan. 

Dan soal cuap2 saya memang kurang aktif ngoceh dengan Guin (kalau ngomel beda yaaa...). Tahun ke-2 Guin, saya ingin dia lulus Toilet Training, lantas Stop ASI-nya, baru memasuki tahun ke-3 episode pisah kamar. 

Saya lupa list lainnya, bahwa Guin juga perlu "asupan" edukasi yang lain. Benar yaaa, jadi Ortu itu lebih dari Smartphone, musti Multitasking. Dan saya tak ingat pelajaran lain pula..., bahwa TT terlalu dini-pun tidak disarankan oleh beberapa pakar (monggo ya moms silahkan mencari perihal ini lewat Bro Gugel)

Baiklah, Rabu, 19 Juni 2019 lalu, saat Guin berusia 19 bulanan, saya mulai dari awal lagi proses belajar pipis sendiri bagi Guin (yang artinya ini adalah kali ke-3). Kenapa dibilang dari awal lagi? ya karena 2x percobaan gagal lalu belum ada secercah harapan keberhasilan, otomatis semua proses ulang bener2 dari awal, suka atau tidak!. 

Hari pertama? hingga tengah hari Guin sudah pipis sebanyak kurang lebih 5x, tersebar di kamar tidur saya, di teras, di dapur dan lupa dimana lagi. Terbangun dari tidur siang karena sudah ngompol..., malamnya saya masih belum sanggup tak pakai pospak. Esoknya atau hari ke-2, pola pipis Guin sudah mulai teratur, at least, di hari 2 saya tidak terlalu kerepotan. 

Dan suprised buat saya adalah, belum seminggu, Guin sudah banyak perkembangan. Tidur siang gak lagi ngompol (ngompol hanya di hari pertama/awal toilet training), jadi pas bangun tidur, saya buru2 ajak dia ke kamar mandi, walau ada sedikit drama penolakan, tapi Guin beneran pipis saat saya memintanya "Pipis, pis, keluar dong pis..." 

Akhirnya, masuk minggu ke-2 belajar TT, Guin benar-benar bisa mengontrol keinginan pipis-nya supaya gak betebaran, dengan catatan saya harus disiplin men-tatur (diantar ke toilet untuk pipis). 

Ini pun sudah sangat saya apresiasi, karena sebelumnya Guin pipis-nya semaunya, tapi minggu ke-2, dia hanya pipis pas saya tatur. Saya pun akhirnya memberanikan segenap jiwa raga saya untuk mencoba TT-Guin saat malam hari, sama sekali tanpa Pospak. Alhamdulilah, Guin di awal2 TT tidak ngompol di malam hari, walau di hari kemudian beda lagi faktanya. 

Dan hampir genap 1 bulan, Guin selain pipis bila di-tatur, dia pun sudah mulai lancar memberi kode tangannya dengan memegang celana (maaf, bagian kelaminnya) dan sesekali bilang "Pis, pis, pis...) saat ingin pipis, dan memang beneran Guin pipis, ya walau terkadang ternyata hanya dalih-nya Guin supaya cipak-cipak nepok aer (main air maksudnya :-)), puncaknya adalah..., malam hari Guin tak lagi ngompol apabila minimal 1x saja saya atau ayahnya men-tatur (bila lupa?, ya seprai menjadi saksi bisu aksi pengompolan yang Guin lakukan...), 

Alhamdulillah, minggu ke-4 Guin tak lagi pakai pospak sama sekali, dan itu yang bikin saya sempat haru dan berkaca-kaca..., bagi saya ini sudah luar biasa..., karena ternyata saya sebagai pelaku kehidupan "masih kurang cakap" menangani anak sendiri, kenapa?

Menjadi orang tua dalam hal ini edukasi pada anak, bukan anak saja yang harus belajar, saya mutlak belajar. Belajar bahwa proses itu memang perlu waktu, yang artinya saya harus sabar. Belajar bahwa respon yang Guin tunjukkan, tak selalu bahkan jauh dari ekpektasi saya. 

Belajar bahwa Allah ciptakan Guin beda, entah dalam merespon secara verbal atau sebaliknya, pun saya harus belajar mengarahkan Guin dalam ajaran kebaikan lagi benar, tapi bukan mendikte sesuai Jadwal atau Rencana yang sudah saya susun!

Pada akhirnya?, Guin yang kini memasuki usia 22 Bulan, memang masih belum sempurna Toilet Training-nya, karena saat BAB dia belum bisa bilang, tetapi selalu memberi kode dia jalan muter2, tanda dia gak nyaman (karena pup-nya mau keluar), kalau untuk BAK, sudah jarang terjadi pipis sembarangan. 

Ngompol? bila tidur siang hari tidak pernah lagi ngompol (kecuali hari pertama dia dulu belajar TT, setelah itu gak pernah lagi hingga kini), untuk malam-nya? harus saya bangunkan 1x saja, sudah cukup tidak membuat dia ngompol.

Dan poin puncak inilah yang bikin saya mau mewek, menyesali ketidak sabaran saya sebelumnya, sehingga tak jarang saat proses TT lalu saya mencak2, marah, ngedumelin Guin... pengalaman saya berbicara tak ada teori khusus dalam Toilet Training, saya-lah yang belum lulus "Meng-Edukasi" diri saya sendiri. 

Belum cukup ilmu tapi ingin hasil instan, jadinya jontor, parahnya saya menyalahkan banyak hal. Padahal teman2 se-usia Guin mayoritas masih menggunakan Pospak, minimal saat mereka tidur, sedangkan Guin?, sudah sama sekali tidak menggunakan Pospak, bahkan saat berkendara (bepergian). 

Malah bude-nya (kakak ipar saya) yang memiliki anak usia 3th lebih, kaget melihat Guin sudah lepas pospak, karena anaknya masih menggunakan, baik siang ataupun malam.

Sekali lagi, saya tidak ada niatan meng-compare kesiapan ibu dan anak dalam proses Toilet Training, semua punya alasan masing-masing dengan kemampuan yang pastilah tidak sama. 

Saya menulis hanya ingin berbagi untuk para moms yang mungkin saat ini dilanda rasa pupus harapan atas respon anak yang tidak sesuai dengan maunya kita, khususnya menyikapi anak yang belum lulus TT, agar evaluasi kembali, karena dari pengalaman saya, Guin Gagal diawal-awal TT adalah karena saya sebagai salah satu orang tuanya belum "mampu" meng-implementasikan teori atau ilmu yang saya dapat kedalam proses Toilet Training di lapangan.

Sehingga bekal A sampe Z menyoal TT yang sudah ada menjadi kurang bahkan tidak berfungsi mana kala saya salah memahami..., salah menerapkan. Waktu juga mengingatkan saya kembali, hasil yang Guin peroleh bisa jadi sesuai atau lebih dari yang saya harapkan.

Namun segala umpatan, rasa marah yang kadung saya luapkan dengan ragam emosi serta muatan kelakuan negatif lainnya, tidak bisa saya tarik kembali agar tidak menjadi salah satu fase belajar yang tidak menyenangkan untuk diingat oleh Guin!. Saya bisa sesukanya marah atau melampiaskan perilaku negatif, sayangnya saya lupa, bahwa saya tidak bisa lepas dari dampaknya... :-)

Moga bisa jadi salah satu inspirasi, mohon maaf bila ada coretan yang kurang atau tak berkenan ya moms. Btw, bagaimana dengan kisah proses Toilet Training bunda dengan ananda semua? :-)

Terimakasih banyak sudah mampir dan membaca :-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun