"Song Seun Heon?" gumamku padamu. Engkau terperangah. Bingung..
"Apa? Maksudmu?" Suaramu terdengar, makin melelehkan hatiku. Aku jadi salah tingkah. Cinta telah memburuku begitu dalam. Cinta telah datang tiba-tiba.
"Maaf, aku salah orang!"
Sejak pertemuan tak sengaja itu, kita mulai dekat. Setelah nomor telepon disematkan pada masing-masing. Kita mulai berhubungan, hingga akhirnya kau nyatakan cintamu.
Aku terkesima. Tanpa berpikir panjang, aku menerima. Ini adalah hal yang aku tunggu-tunggu. Apalagi semenjak aku remaja hingga kini, tak ada satu pun pemuda yang pernah menyatakan cinta. Sekalinya ada, itu adalau kau, Song Seun Heonku.
Namun baru berapa hari kita menjalin cinta, engkau sudah banyak mengaturku. Aku harus tampil begini, aku harus bersikap begitu. Semua kau atur sedemikian rupa. Barangkali, karena cinta aku turut. Aku larut. Aku tak mau kehilangan.
Aku tahu kau adalah orang yang perfeksionis, kadang egois. Dan itu bertolak belakang denganku. Meski begitu, kau tak mau tahu. Aku yang harus mengikuti maumu. Jika tidak, amarahmu akan meraja. Makimu akan menjelma hari-hariku. Namun sekali lagi aku patuh, aku tak ingin hubungan kita luruh.
***
Kau tunjuk mukaku aku diam*
Kau hina diriku aku diam
     Â