Mohon tunggu...
MUHAMMAD ERFAN NUR RIZQY
MUHAMMAD ERFAN NUR RIZQY Mohon Tunggu... Ketua Osis

ISTP

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Rumah Wingit

27 November 2024   09:12 Diperbarui: 27 November 2024   09:29 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di belakang meja kasir ada penjaga toko tua yang telah memperingatkannya sebelumnya. Namanya adalah Pak Sutisno , dan wajahnya yang keriput menjadi gelap saat melihatnya.

"Kau pernah ke rumah itu," katanya pelan, tanpa basa-basi.

Anjani membeku. "Bagaimana kau—"

"Itu mengubahmu," selanya, suaranya rendah dan mendesak. "Begitulah caraku tahu. Rumah Wingit... rumah itu hidup dengan caranya sendiri. Rumah itu menjangkau, menandai siapa pun yang masuk ke dalamnya. Kau seharusnya menjauh.”

“Kenapa? Apa yang terjadi sekarang?” tanya Anjani, suaranya meninggi.

Pak Sutisno ragu-ragu, melirik ke sekeliling ruangan dengan gugup seolah takut didengar. Akhirnya, dia mencondongkan tubuh lebih dekat dan berbicara dengan suara hampir berbisik.

“Rumah Wingit dulunya adalah rumah bagi keluarga Raden. Mereka... tidak biasa. Orang-orang berkata mereka mencoba-coba hal-hal yang seharusnya tidak mereka lakukan. Suatu malam, mereka menghilang. Tidak ada mayat, tidak ada jejak. Hilang begitu saja. Dan setelah itu, hal-hal aneh mulai terjadi di sana. Orang-orang yang masuk ke dalam kembali... berbeda. Beberapa mengaku mendengar suara-suara. Yang lain menghilang, seperti keluarga Raden. Rumah itu tidak suka diganggu.”

Anjani menelan ludah, mulutnya kering. “Tapi kenapa teleponnya? Kenapa ada di rumahku?”

Wajah Pak Sutisno memucat. “Teleponnya? Kau mendengarnya berdering?” Dia mengangguk.

Ekspresinya berubah serius. “Begitulah awalnya. Rumah itu tidak akan melepaskanmu, tidak setelah menemukanmu. Ponsel itu... itu adalah tali. Sebuah cara agar ia bisa menghubungimu, di mana pun kau berada.”

Rasa dingin menjalar di tulang punggung Anjani. “Apa yang harus kulakukan? Bagaimana cara menghentikannya?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun