Â
Tanpa menunggu Yos mandi dan makan, Yerma langsung saja bertutur pada Yos begitu suaminya itu pulang. Â "Mas, aku mau berhenti kerja saja." Yos tentu saja terkaget-kaget. Bukankah selama ini Yerma yang ngotot ingin bekerja, dan mati-matian berusaha lolos dalam masa percobaan?
Â
Yos cuma memandang istrinya.
Â
Yerma mulai terisak lalu menghambur ke bahu Yos. Tanpa banyak kata, Yos membawa istrinya ke kamar. Juga tanpa melepaskan jaket, topi, dan tas di lengannya Yos mendekap Yerma dan berusaha menangkap ceritanya yang meloncat dan terputus-putus oleh emosi dan isakan.
Â
"Benar-benar ular!" Yos tertegun. Teringat olehnya profil JK dan Gabriel Books yang seminggu lalu muncul di korannya dengan judul besar "Fenomena Baru Perbukuan". Pelan Yos meraih bahu Yerma yang kini lebih kurus. Yerma telah bekerja macam kuda beban selama empat bulan. Dan Yos rasanya ikut menaikkan beban di pundak istrinya itu karena penghasilannya yang kembang kempis.
Â
Mengingat itu semua dan juga malam-malamnya yang dipenuhi cemburu pada lembar-lembar proof, dengan penuh amarah Yos mendesis, "Yerma, bukan kamu yang harus minggir. Ular biludak itulah yang harusnya dipecat." Yerma kembali merasa sesak. Jauh di dasar hatinya, ia pun membenarkan kata-kata Yos. Dan ia pun sangat ingin tetap membantu Yos menambah penghasilan. Namun, dapatkah Gabriel Books menyingkirkan anak majikan yang "visioner dan idealis" itu demi membela budak tinta macam dirinya? Lagi pula, apakah orang-orang bisa percaya bahwa JK yang pintar, tampan, dan kaya itu telah berlaku kurang ajar padanya? Yerma bisa saja memaafkan JK jika itu dikehendaki. Namun, bagaimana bisa ia bertemu JK tanpa rasa was-was?
Â