Mohon tunggu...
NUR ENDY
NUR ENDY Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar, Bergerak, Berbagi, dan Menggerakkan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Positif di Kelas dan Sekolah

16 Desember 2021   03:17 Diperbarui: 16 Desember 2021   03:26 5122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun saat itu belum sadar bahwa yang telah saya lakukan merupakan proses dalam segitiga restitusi, nyatanya saya telah melakukannya. Suatu hari telah terjadi konflik antara dua murid laki-laki saya, sebut saja murid A dan murid B. A merupakan murid baru di kelas saya, pindahan dari sekolah lain. 

Agar mempermudah saya dalam kegiatan observasi terhadap murid A tersebut, maka ia saya tempatkan di paling depan dan dekat dengan pintu kelas. Pada waktu istirahat pelajaran, murid B ingin keluar kelas, namun murid A menutup pintu kelas dan mengganjalnya dengan meja miliknya. 

Saat itu murid B merasa jengkel dan mengejek murid A. Murid A pun membalas ejekan murid B dan tetap menutup pintu kelas. Tingkat kejengkelan murid B memuncak karena merasa murid A tersebut masih baru di kelas namun sudah berani mengusili dan mengejeknya. 

Akhirnya murid B menarik baju murid A dan gesekan fisik pun tidak terhindarkan. Melihat situasi tersebut, ketua kelas dan beberapa murid lain mencoba melerai mereka, namun secara tidak sengaja wajah ketua kelas tertonjok oleh murid B hingga kesakitan bahkan keesokan harinya tidak masuk sekolah karena harus periksa ke dokter. 

Situasi dan kondisi tersebut saya ketahui dari cerita dan aduan beberapa murid lain di kelas. Saya pun memanggil murid A dan murid B keesokan harinya. Dalam situasi tersebut saya berusaha tidak mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. 

Saya mulai bertanya kepada keduanya "Apa sebenarnya yang terjadi?". Awalnya mereka menjawab dengan saling mempertahankan kebenaran atas dirinya. Kemudian saya bertanya "Baik, anggap saja Kalian berdua dalam posisi benar, kira-kira saling mengejek dan saling memukul itu baik apa tidak menurut Kalian?". 

Mereka secara serempak menundukkan kepala dan menjawab "Tidak baik Pak". Saya pun melanjutkan pertanyaan, "Nah, Kalian sudah saling memahami bahwa tindakan tersebut tidak baik bahkan tidak sesuai dengan komitmen bersama kelas kita kan? 

Lalu selanjutnya apa yang akan Kalian lakukan?". Mereka berdua sama-sama menangis dan menjawab "Kami akan saling minta maaf dan memaafkan Pak. Kami juga berjanji tidak akan mengulangi ini lagi". 

Kemudian tanpa menunggu perintah dari saya, mereka berdua bersalaman dan saling berpelukan. Saya pun menguatkan keyakinan mereka, "Kalian sudah melakukan kesalahan, namun Kalian juga telah menyadari dan berjanji tidak akan mengulanginya. Itu yang memang seharusnya dilakukan. 

Salah itu lumrah dan biasa, namun minta maaf dan memaafkan adalah hal yang sangat luar biasa. Bagus, Kalian telah lakukan itu". Mereka berdua pun tersenyum dan saling merasa lega.

Disitu permasalahan belum berakhir, karena masih ada ketua kelas yang saat itu tidak masuk sekolah karena masih kesakitan dampak dari pertengkaran murid A dan murid B. Selanjutnya, saya bertanya kepada mereka, "Kalian berdua sudah tahu kalau ketua kelas hari ini tidak masuk?". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun