Mohon tunggu...
NUR ENDY
NUR ENDY Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar, Bergerak, Berbagi, dan Menggerakkan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Positif di Kelas dan Sekolah

16 Desember 2021   03:17 Diperbarui: 16 Desember 2021   03:26 5122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepuluh (10) ciri khusus restitusi menjadi dasar utama bagaimana sebuah restitusi bisa dikatakan berhasil atau gagal. Tiga (3) tahapan restitusi yang tersusun dalam bentuk Segitiga Restitusi/restitution triangle (Menstabilkan Identitas/Stabilize the Identity, Validasi Tindakan yang Salah/Validate the Misbehaviour, Menanyakan Keyakinan/Seek the Belief) juga akan memudahkan seorang guru dalam menyiapkan proses restitusi pada muridnya. 

2) Pengalaman saya dalam menggunakan konsep-konsep inti materi modul 1.4 dalam menciptakan budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah

Untuk dapat menciptakan budaya positif dalam sebuah lingkungan komunitas, maka harus menggunakan cara-cara yang positif pula, meskipun cara-cara tersebut terkesan rumit dan membutuhkan tenaga ekstra dalam praktik penerapannya. 

Kelas yang saya tangani di sekolah tergolong besar dari segi kuantitas murid, yaitu terdiri dari 31 anak. Jumlah anak yang tergolong banyak tersebut tentunya latar belakang, karakter, serta kebutuhan anak sangat beragam dan bersifat universal. 

Hal pertama yang saya lakukan dalam menciptakan budaya positif di kelas adalah mengidentifikasi kebutuhan dasar setiap anak. Saya harus mengetahui dan memahami secara terperinci terkait kebutuhan dasar apa yang anak butuhkan. Kegiatan tersebut saya lakukan menggunakan metode observasi dan wawancara secara langsung.

Setelah mengetahui kebutuhan dasar dari masing-masing individu anak di kelas, melalui kegiatan diskusi dan musyawarah kelas, saya memandu anak-anak untuk menentukan keyakinan kelas. Keyakinan kelas tersebut kemudian kita susun dalam wujud komitmen bersama secara simple dan jelas, sehingga akan mudah untuk diingat oleh semua warga kelas. 

Komitmen bersama tersebut benar-benar hadir dari dalam diri anak, bukan dari kemauan atau kehendak pribadi saya sebagai gurunya. Agar keyakinan kelas tersebut benar-benar dapat diterapkan secara holistik dan berjangka panjang oleh semua warga kelas, maka saya selalu berusaha mengambil posisi kontrol sebagai seorang manajer, minimal sebagai pemantau dalam beberapa permasalahan pada proses restitusi anak.

Restitusi adalah proses kolaboratif, sehingga tidak mungkin dapat saya lakukan sendiri atau bahkan hanya dilakukan oleh anak sendiri, sehingga proses kolaborasi benar-benar saya terapkan di kelas. 

Selain kolaborasi antara saya dengan anak, proses kolaborasi antarmurid juga mulai terlihat di kelas dalam proses restitusi. Ketika proses restitusi terjadi antarmurid, ternyata proses dan hasilnya lebih nampak bermakna. 

Hal tersebut juga lebih memudahkan saya dalam penerapannya, meskipun dalam beberapa kesempatan mengharuskan saya untuk tetap mengontrol emosi agar tetap stabil.

3) Penerapan segitiga restitusi sebelum mempelajari modul 1.4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun