Menurut penulis ada beberapa ajaran yang dipraktekan tokoh-tokoh sufi  ternama, seperti Sufyan ats-Tsauri, Ibrahim  bin Adham,  Dawud  at-Thaiy,  Al-Fudhail  bin Iyadh,  Sulaiman  al-Khawash,  dan Basyar  al-Hafi yang lebih memilih uzlah (mengasingkan diri) daripada pergaulan.
Berkenaan dengan praktek para tokoh sufi di atas, Rasulullah S.a.w. dengan tegas melarang hal ini. Sebagaimana dijelaskan dalam Ihya' Ulumuddin, Â datang seorang laki-laki yang telah pergi ke gunung untuk beribadah di situ. Maka Rasulullah S.a.w. bersabda:
"Janganlah engkau lakukan dan jangan seorang pun di antara kamu melakukannya. Sungguh kesabaran seseorang di antara kamu dalam suatu negeri Islam lebih baik daripada ibadah seseorang dari kamu 40 tahun."
Mengakhiri tulisan  ini, penulis kemukakan sabda Rasulullah S.a.w. yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi yang bermakna:
Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai ambisinya maka Allah  akan menghimpun kekuatannya dalam hatinya dan dunia mendatanginya dengan segan-segan.
Sebaliknya, barangsiapa yang dunia menjadi ambisi hidupnya, maka Allah akan memecah-belah kekuatannya, menjadikan kefakiran di depan matanya dan dunia  tidak memberikan sesuatu kepadanya kecuali sekadar apa yang sudah ditakdirkan baginya.
Orang yang bahagia adalah orang yang memilih akhirat yang kekal,abadi kenikmatannya ketimbang memilih dunia yang fana dan azab yang tidak berkesudahan di akhirat kelak .
Semoga kita bisa bersikap jujur dalam kezuhudan, menjadikan semua fasilitas dunia sebagai alat menggapai akhirat dan ridho Allah  S.W.T., amin. Wallahu a'lam bish-shawab.
Demikian kajian singkat bagaimana solusi menghadapi permasalahan Bangsa ini yang menurut penulis tidak hanya dilakukan oleh satu unsur saja, namun keduanya antara pemimpin dan rakyatnya mesti sama-sama berupaya apa yang telah dilakukan para salafussaleh di atas.
Penulis menyadari tentunya banyak kekurangan baik data maupun fakta yang mendukung tulisan ini. Namun penulis tetap berharap, semoga tulisan sederhana ini bermanfaat!
Wallahu a'lam bish-shawab.