Avin mengingatkan, "Jangan abaikan pertanyaan anak yang bertubi-tubi, berikan jawaban bahkan ketika Anda tidak tahu. Ketika orangtua tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan anak-anaknya, mintalah waktu kepada anak untuk mencari tahu. Dengan begitu, anak juga akan belajar bahwa ibunya berusaha untuk dia. Jika anak bertanya pada orang lain, justru bisa merugikan anak."
Kerugian tersebut di antaranya anak tidak akan berani bertanya dan seringkali bersikap defensif atau tidak mau bercerita pada orangtuanya sendiri, bahkan ketika ditanya, yang lebih berbahaya, Avin menuturkan, jika anak bertanya pada orang yang salah.
6. Orangtua terbuka atas pendapat dan gagasan anak
Pernahkah Anda menanyakan kepada anak-anak, "Hari ini enaknya masak apa ya?" Atau "Mau kita apakan buku bekas ini ?" Atau "Bagusnya meja belajar ini diletakkan di mana ya " Atau "Bagaimana kalau rumah kita dicat biru?"
Pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti itu jarang kita lontarkan. Alasannya, kita merasa tidak perlu karena semua keputusan ada di tangan orangtua.
Orangtua berpikir untuk apa ditanyakan kepada anak yang masih kecil, anak-anak belum bisa berpikir dan belum bisa memberi solusi. Anggapan demikan keliru, orangtua perlu menyadari bahwa anak-anak sesungguhnya merupakan manusia pembelajar.Â
Betapa bermaknanya pertanyaan itu bagi anak. Meski solusi tidak diperoleh dari anak, namun di balik itu kita memberi pembelajaran bermakna dalam pertumbuhan jiwa anak.
Dengan bertanya, berarti kita mengajak anak berkomunikasi, diskusi dan musyawarah yang kelak akan bermanfaat bagi kehidupan.Â
Pertanyaan yang dilontarkan kepada anak akan merangsang kreatifitas berpikir menyelesaikan masalah. anak juga akan merasa dihargai.Â
Mengajak anak diskusi dalam hal sepele, sangat bermanfaat bagi anak langsung maupun tidak langsung.Â
Berikut beberapa manfaat orangtua mengajak diskusi kepada anak, di antaranya:Â