Mendorong anak untuk mengungkapkan ide-ide maupun opininya terhadap suatu hal. Biarkan anak bertanya apa pun kepada Anda dan sebisa mungkin beri anak jawaban yang baik. Ini merupakan salah satu bentuk komunikasi positif antar orangtua dan anak.
Posisikan diri sebagai taman atau sahabat. Jalin komunikasi dengan mereka layaknya teman mereka. Karena anak seusia itu membutuhkan teman berkomunikasi dan tempat curhat. Jika anak sudah merasa nyaman berkomunikasi dengan orangtua, maka anak akan lebih terbuka.
Ciptakan komunikasi sportif, penyemangat bukan melemahkan. Setiap anak pasti punya kesalahan, dalam kondisi ini orangtua bukan sebagai pihak yang menyalahkan, tetapi sebagai penyemangat agar anak bisa bangkit dan memperbaiki kesalahannya.Â
Ada satu cerita, seorang anak mengadu pada bapaknya:Â
"Maaf pak, nilai saya di sekolah 4," kata anak.
Bapaknya menjawab, "Hah....4? Hebat dong. Dulu bapak 2, bapak malu, tapi setelah itu bapak jadi rajin belajar, berusaha belajar dan terus belajar, eh setelah itu bapak jadi bintang kelas, ayo bangkit!"
Terbuka dan suka dikoreksi. Sebagai orangtua tak perlu malu mengakui kesalahan atau kekurangan diri. Tak perlu  gengsi belajar dari anak, jika mereka memiliki ilmu yang tidak kita ketahui.
5. Orangtua senang menjawab pertanyaan anak
Seiring perkembangan otak anak yang pesat, anak-anak pada usia 2 sampai 7 tahun memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Jangan heran kalau pada masa itu anak-anak banyak bertanya tentang segala hal.Â
Sayangnya, banyak orangtua yang bersikap acuh dengan pertanyaan anak. Ibu sering dibuat pusing dengan banyaknya pertanyaan sehingga menyuruh anak untuk diam.
Padahal seharusnya orangtua curiga jika anaknya tidak suka bertanya, kata Avin Yusro, psikolog anak dari Rumah Perlindungan Sosial Anak, Kementerian Sosial Republik Indonesia, saat ditemui di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.Â