Â
Tidak lagi menghabiskan waktu diteras rumah. Tidak ada lagi tawa. Meski anak-anak kami menghiburnya. Bahkan si sulung memilih menemaninya. Tapi, tetao saja suamiku lebih banyak diam dan murung.
"Aku merindukanmu. Kapan jemput aku?" Lirihnya sebelum tidur malam.
Langit masih gelap saat aku datang, mengusap lembut pundaknya dan berkata. "Aku akan menjemputmu. Bersiaplah."
Aku melihat senyum memgembang diwajahnya meski matanya masih tertutup.
Suamiku. Dia menepati janjinya. " kita akan selalu bersama."Â
Rindu itu tuntas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H