JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.2
PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR
EMY KURNIATI CGP A11
Assalamualaikum, saya Emy Kurniati, Calon Guru Penggerak Angkatan 11 dari Kabupaten Bantul, yang sedang bertugas di SD Bantul Warung Bantul DIY. Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi mengenai Jurnal Refleksi Dwi Mingguan dalam modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya.
Jurnal ini menjadi wahana bagi saya untuk merefleksikan diri setelah dua minggu terlibat dalam kegiatan Pendidikan CGP modul 3.2. Kegiatan ini merupakan bagian dari persiapan saya sebagai calon guru penggerak, dan jurnal refleksi  ini  menjadi tugas rutin yang harus saya lakukan setiap dua minggu sekali.
Dalam menulis jurnal refleksi ini, saya mengadopsi Model 4F yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. Model ini mengarahkan pada empat aspek penting: Fact,Feeling,Finding and Future yang saya terjemahkan menjadi 4P yaitu Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, dan Penerapan.
1. Fact (Peristiwa)
Setelah menyelesaikan pembelajaran pada modul 3.2, saya melanjutkan perjalanan pembelajaran ke materi yang lebih mendalam tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Proses pembelajaran ini saya jalani secara daring melalui  LMS dengan menggunakan alur M-E-R-D-E-K-A yaitu: Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antarmateri, dan Aksi Nyata.
Pertama-tama, pada pertengahan bulan Oktober 2024 dalam alur "Mulai dari Diri," saya diminta untuk mengaktifkan kembali pengetahuan awal saya tentang ekosistem sekolah dan peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya sekolah lewat tujuh pertanyaan yang disediakan pada LMS.
Selanjutnya, saya menuju ke alur "Eksplorasi Konsep,". Pada alur Eksplorasi Konsep  saya belajar secara mandiri melalui materi-materi yang tersedia pada LMS. Materi  meliputi pendekatan berbasis masalah dan berbasis aset, serta pengembangan komunitas berbasis aset. Terdapat kasus-kasus di bagian ini  untuk dianalisis yang bermanfaat untuk memperdalam pemahaman saya.
Kemudian berlanjut ke alur "Ruang Kolaborasi," saya berpartisipasi dalam diskusi dengan anggota kelompok  membahas kekuatan sumber daya di sekolah dan daerah  sekitar sekolah kami. Diskusi ini diadakan dalam ruang kolaborasi bersama fasilitaor kami bapak Chaerul  dan teman teman dalam kelompok kami melalui  Google Meet, yang kemudian dilanjutkan dengan presentasi hasil diskusi kelompok pada hari berikutnya.
Selanjutnya pada alur "Demonstrasi Kontekstual," saya mendapat tugas untuk melakukan  analisis video tentang visi dan prakarsa perubahan, mengidentifikasi kegiatan yang terkait dengan tahapan BAGJA, serta menganalisis peran pemimpin pembelajaran.
Berlanjut pada alur berikutnya yaitu pada alur "Elaborasi Pemahaman,". saya diminta untuk memberikan pertanyaan yang menguatkan pemahaman saya tentang materi yang telah dipelajari. Saya juga terlibat dalam diskusi virtual dengan instruktur melalui  elaborasi pemahaman bersama instruk dari Kudus yaitu Ibu Natalia melalui webinar di aplikasi Google Meet untuk memperdalam pemahaman  saya dan teman teman  tentang materi Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya .Di forum Elaborasi Pemahaman ini saya sangat senang karena banyak sekali penguatan pemahaman yang saya dapat.
selanjutnya, pada alur "Koneksi Antarmateri," saya mengerjakan tugas mengaitkan materi pada modul 3.2 tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dengan materi-materi yang telah saya pelajari  pada modul modul sebelumnya.
Terakhir, dalam alur "Aksi Nyata," saya dan rekan-rekan calon guru penggerak diminta untuk mengidentifikasi sumber daya sebagai aset yang dimiliki oleh sekolah kami. Identifikasi ini dilakukan secara kolaboratif untuk memastikan bahwa semua warga sekolah dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan .
2. Â Feeling (Perasaan)
Perasaan saya sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir kekurangan dan masalah yang ada di sekolah dan saya berpikir bahwa aset yang ada di sekolah hanya berupa sarana dan prasarana yang di sekolah. Setelah mempelajari modul 3.2 pemimpin dalam pengelolaan sumber daya akhirnya saya mampu merubah cara berpikir saya bahwa kita harus berpikir berbasis aset atau kekuatan.Â
Dengan cara pandang berbasis aset ini membuat saya mengoptimalkan aset  kekuatan yang ada untuk melaksanakan program sekolah.Â
Berpikir berbasis aset  sangat penting dipunyai  seorang pemimpin karena pemimpin harus dapat memaksimalkan potensi yang ada dalam ekosistem sekolah. Setelah mendalami materi, pandangan saya berubah. Saya mulai melihat potensi dan aset yang ada di sekolah sebagai kekuatan yang bisa dikembangkan.Â
Selanjutnya  setelah saya menyelesaikan modul 3.2  perasaan  saya , saya merasa senang karena saya kembali memperoleh pengetahuan baru terkait materi yang disajikan oleh modul ini. Saya mengetahui bahwa aset sekolah bukan saja fisik tapi non fisik. Saya tertarik untuk mengidentifikasi dan memetakan seluruh aset sumber daya yang ada di sekitar lingkungan sekolah .Â
Perasaan saya sangat senang, bersemangat, dan optimis bahwa kita begitu banyak memiliki aset potensi yang belum tergali dan belum dimanfaatkan dengan optimal. Saya juga senang karena dapat berbagi praktik baik bagaimana kita memetakan aset yang ada di sekolah. Dengan memetakan aset yang ada kita dapat memanfaatkannya untuk merencanakan program yang berdampak bagi murid.Â
Hasil pemetaan aset dan pemanfaatannya membuat kami optimis untuk memanfaatkan aset yang dimiliki untuk mengembangkan sekolah yang berdampak bagi murid. Saya juga senang dapat mengajak rekan-rekan sejawat untuk berpikir berbasis kekuatan. Berpikir berbasis kekuatan ini membuat kita menyadari potensi yang dimiliki  yang memiliki peluang  untuk dimanfaatkan dalam program-program sekolah.
 3. Findings (Pembelajaran)
Banyak hal positif yang saya peroleh sebagai hasil belajar saya. Modul ini mengajak saya untuk menggunakan aset sebagai tumpuan berpikir dengan memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.Â
Kita mengubah paradigma  yang cenderung menggunakan pendekatan berbasis masalah. saya telah mempelajari bagaimana cara mengidentifikasi aset sekolah untuk pengembangan program sekolah.Â
Mendata aset sekolah dengan pendekatan aset sehingga dapat memberikan manfaat secara optimal untuk menjalankan setiap kegiatan. Saya belajar bahwa pendekatan berbasis aset (Asset-Based Approach) dan pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development) sangat efektif dalam mengelola sumber daya sekolah.Â
Saya juga mempelajari karakteristik komunitas yang sehat dan bagaimana pengalaman rapat dan diskusi tentang murid dapat memperkuat dinamika yang ada di sekolah sebagai sebuah ekosistem yang terdiri dari faktor biotik dan abiotik yang saling berinteraksi untuk menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.Â
Faktor biotik seperti murid, kepala sekolah, guru, staf sekolah, pengawas sekolah, orang tua, masyarakat sekitar sekolah, dinas terkait, dan pemerintah daerah saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Sedangkan faktor abiotik seperti keuangan, sarana dan prasarana, dan lingkungan alam juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.Â
Dengan memahami ekosistem sekolah, Â dapat meningkatkan koordinasi dan kolaborasi antara semua faktor yang terlibat dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam pengelolaan sumber daya dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu :Pendekatan berbasis kekurangan (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian pada masalah dan kekurangan yang ada di sekolah.
Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) akan memusatkan perhatian pada kekuatan dan potensi yang ada di sekolah.Pendekatan berbasis aset memiliki manfaat positif dalam mengembangkan diri dan mencari peluang, daripada pendekatan berbasis kekurangan yang cenderung menimbulkan pikiran negatif.Â
Mengadopsi pendekatan berbasis aset untuk melihat sumber daya sekolah agar dapat memanfaatkan kekuatan dan potensi yang ada untuk mencapai kesuksesan. Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann. Pendekatan PKBA atau Asset-Based Community Development (ABCD) merupakan  kerangka kerja yang membangun kemandirian  komunitas dengan memfokuskan pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki.Â
PKBA menekankan pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas.Pendekatan PKBA mendorong terciptanya kehidupan komunitas yang  berkelanjutan dan berdaya guna.
 Pendekatan PKBA  diterapkan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh seluruh warga sekolah agar kegiatan pendidikan dapat diselenggarakan secara efisien dan efektif. Sekolah bisa kita pandang sebagai sebuah komunitas sekolah dapat belajar tentang bagaimana menjadi komunitas yang sehat dan tangguh.
Komunitas sekolah dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya seperti halnya komunitas pada umumnya dengan menggunakan pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset.Â
Pemanfaatan sumber daya  dilakukan dengan memetakan tujuh aset utama meliputi modal manusia, modal sosial, modal politik, modal agama & budaya, modal fisik, modal lingkungan/alam dan modal finansial. Dalam pemanfaatannya, ketujuh aset tersebut dapat saling beririsan satu sama lain.Â
Modal manusia: dapat diidentifikasi melalui pemetaan individu berdasarkan pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki. Modal sosial: terdiri dari norma, aturan, kepercayaan, dan jaringan antar unsur di dalam komunitas/masyarakat.Â
Modal politik: mencakup kemampuan kelompok untuk memengaruhi distribusi sumber daya di dalam unit sosial dan merupakan instrumen melalui sumber daya manusia yang dapat memengaruhi kebijakan. Modal agama dan budaya: Agama berperan dalam mengintegrasikan perilaku individu dalam sebuah komunitas, sedangkan kebudayaan merujuk pada hasil karya manusia yang lahir dari serangkaian ide, gagasan, norma, perilaku, serta benda.Modal fisik: terdiri dari bangunan dan infrastruktur.
Modal lingkungan/alam: mencakup potensi alam yang belum diolah dan memiliki nilai ekonomi tinggi.Modal finansial adalah dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas dan dapat digunakan untuk membiayai pembangunan dan kegiatan.
Pemanfaatan ketujuh modal utama tersebut dapat dilakukan untuk melahirkan kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Kesimpulan dari pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah Sebagai seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengenali, menggali, menganalisis, dan memetakan potensi sumber daya di sekolah kita dengan menggunakan pendekatan berbasis aset (asset-based thinking).Â
Dalam menerapkan pendekatan ini, kita harus memanfaatkan dan memberdayakan aset tersebut secara optimal untuk mewujudkan perubahan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid, sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa pembelajaran harus berpihak pada murid..
 4.    Future (Penerapan)
Dengan pemahaman dan pengetahuan yang saya peroleh di modul 3.2 Tindak lanjut dari pemahaman saya terhadap modul 3.2 ini kedepannya dalam penerapan di kelas dan di sekolah  sebagai pemimpin saya harus mengelola tujuh aset utama sebagai kekuatan dalam meningkatan mutu pendidikan sekolah menggunakan pendekatan berbasis kekuatan atau aset daripada pendekatan berbasis kekurangan. Â
Mengaplikasikan apa yang telah saya pelajari pada modul 3.2 yaitu Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, merubah pola pikir yang semula berpikir selalu berbasis masalah menjadi berpikir berbasis aset.Â
Dengan pemahaman dan pengetahuan yang saya peroleh di modul 3.2 Tindak lanjut dpemahaman saya  ini kedepannya dalam penerapan di kelas dan di sekolah  sebagai pemimpin saya harus mengelola tujuh aset utama sebagai kekuatan dalam meningkatan mutu pendidikan sekolah menggunakan pendekatan berbasis kekuatan atau aset daripada pendekatan berbasis kekurangan.  Mengaplikasikan apa yang telah saya pelajari pada modul 3.2 yaitu Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, merubah pola pikir yang semula berpikir selalu berbasis masalah menjadi berpikir berbasis aset.
Salam Guru Penggerak
Bergerak, Tergerak, Menggerakkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H