Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita yang Melanggengkan Duka

25 Maret 2024   22:16 Diperbarui: 25 Maret 2024   22:20 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: dok. Aman.indonesia 

Hampir tengah malam ketika si wanita kurus kembali ke rumah. Wajahnya tampak sangat lelah saat turun dari mobil ojek online. Dengan tubuh oleng ia berusaha membuka pintu pagar besi. Tetapi jemari tangannya yang gemetar membuat dia mengalami kesulitan.

Tetiba ada sebuah tangan dari belakang yang membantu membuka kunci besi pagar. Si wanita kurus terperanjat, seketika menoleh ke belakang. Ia menangkap wajah yang tenang dari seorang wanita dengan jilbab sederhana. 

"Maaf, saya hanya ingin membantu,' kata wanita tersebut sambil tersenyum. 

"Terima kasih. Kebetulan saya lelah sekali," jawabnya lemah. 

Wanita berjilbab itu menuntun dia hingga ke teras, lalu mendudukkannya di kursi. Dengan tatapan penuh terima kasih, wanita berambut putih itu menarik nafas lega. 

"Nama ibu siapa? Saya Maria." Ia memperkenalkan diri kepada wanita asing tersebut. 

"Maria Liem, bukan?" Wanita itu menegaskan tanpa menjawab pertanyaannya. Ia kemudian duduk di sebelahnya dengan perlahan. 

Maria terkejut. Ia merasa was-was. Bagaimana wanita itu mengetahui namanya? Apakah dia polisi atau intel yang membuntuti dia? 

"Darimana ibu tahu?" 

"Dari media. Ibu kan sering ada di media massa karena sering ikut demonstrasi bersama para mahasiswa. Ibu adalah orang tua dari Jonathan Liem, korban peristiwa kerusuhan Mei 1998."

Maria menghela nafas. Ingatannya melayang kembali pada wajah putera tercinta yang gugur dalam peristiwa tersebut. Beberapa tetes air bening mengembang di sudut matanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun