"Daddy sudah ngomong ke Tante?" Ayahnya mengangguk.Â
Lantas dia memandangku sedih,"Tante, Daddy jujur mengatakan isi hatinya. Tolong pertimbangkan".
Rupanya gadis ini tahu apa yang kami bicarakan. Raymond berterus-terang kepada putrinya. Pantas Sinta menemani ayahnya ke sini.
Sinta mengambil tanganku dan menciumnya. "Please Tante. Aku ingin sekali melihat Daddy bahagia".
Aku diam saja. Ketika pesanan minuman datang, kebisuan telah menyergap. Aku menyeruput kopi diam-diam sambil melemparkan pandangan ke arah masjid biru.Â
Lalu, aku berdiri tanpa memandang Raymond dan putrinya. "Pulanglah ke tanah air. Biarkan aku di sini"Â
Sekilas terlihat air mata Raymond mengalir ketika aku mengambil tas. Aku melangkah cepat menembus gerimis yang mulai turun. Seperti juga gerimis yang melanda hatiku dan juga lelaki itu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H