Kampung batik Cibuluh merupakan perkampungan yang cukup padat. Hanya beberapa rumah yang memiliki halaman luas. Kami memasuki gang-gang kecil dengan arahan seorang pemandu wisata lokal.Â
Satu hal yang mengesankan saya, tembok rumah banyak yang dicat dengan pola batik. Gang-gang tersebut menjadi ceria dan menarik. Ternyata mereka juga membuat dua macam batik, batik tulis dan batik capÂ
Ada sekitar 40 pengrajin batin, dan lima galeri yang menampilkan produk mereka. Kami juga menyaksikan peragaan membatik dari beberapa ibu-ibu. Bau wangi lilin "malam" menyeruak memenuhi ruangan.
Tidak semua berupa kain lho, sebagian sudah berbentuk pakaian untuk orang dewasa dan anak-anak. Ada jaket, gamis, outer, blouse dan sebagainya. Kalau berminat, bisa membelinya langsung.Â
Kampung Pulo Geulis
Setelah selesai menjelajahi kampung batik, perjalanan dilanjutkan ke  kampung Pulo Geulis. Kampung ini terselip di tengah kota, tepatnya di tengah sungai Ciliwung.Â
Keunikan dari kampung ini, ternyata berada di sebuah pulau berbentuk perahu di tengah sungai Ciliwung . Pulau ini ditemukan oleh seorang Belanda bernama Abraham pada tahun 1703. Asal nama geulis karena ada gadis Belanda yang cantik tinggal di sana.
Namun yang menarik perhatian saya adalah sebuah kelenteng di tengah kampung. Ukurannya tidak besar tetapi terdapat beberapa patung dewa di sana. Kami di sana disambut barongsai yang bisa bergerak lincah di tempat yang sempit.Â
Kelebihan lain, ada batu prasasti peninggalan kerajaan Pajajaran di dalam kelenteng. Satu prasasti di dalam mushola yang disediakan untuk kaum muslim yang berkunjung, dan satu lagi dalam ruangan yang sama dengan dewa-dewa.Â
Kami mendengarkan sejarah kampung tersebut dari penjaga kelenteng. Eh, ada seorang wanita yang merupakan keturunan dari Abraham.Â