Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Intip Keseruan Trip Sehari Koteka di Kota Hujan

31 Oktober 2022   22:57 Diperbarui: 31 Oktober 2022   23:10 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampung batik Cibuluh merupakan perkampungan yang cukup padat. Hanya beberapa rumah yang memiliki halaman luas. Kami memasuki gang-gang kecil dengan arahan seorang pemandu wisata lokal. 

Satu hal yang mengesankan saya, tembok rumah banyak yang dicat dengan pola batik. Gang-gang tersebut menjadi ceria dan menarik. Ternyata mereka juga membuat dua macam batik, batik tulis dan batik cap 

Ada sekitar 40 pengrajin batin, dan lima galeri yang menampilkan produk mereka. Kami juga menyaksikan peragaan membatik dari beberapa ibu-ibu. Bau wangi lilin "malam" menyeruak memenuhi ruangan.

Tidak semua berupa kain lho, sebagian sudah berbentuk pakaian untuk orang dewasa dan anak-anak. Ada jaket, gamis, outer, blouse dan sebagainya. Kalau berminat, bisa membelinya langsung. 

Kampung Pulo Geulis

Setelah selesai menjelajahi kampung batik, perjalanan dilanjutkan ke  kampung Pulo Geulis. Kampung ini terselip di tengah kota, tepatnya di tengah sungai Ciliwung. 

Keunikan dari kampung ini, ternyata berada di sebuah pulau berbentuk perahu di tengah sungai Ciliwung . Pulau ini ditemukan oleh seorang Belanda bernama Abraham pada tahun 1703. Asal nama geulis karena ada gadis Belanda yang cantik tinggal di sana.

Barongsai (dok. Koteka)
Barongsai (dok. Koteka)

Namun yang menarik perhatian saya adalah sebuah kelenteng di tengah kampung. Ukurannya tidak besar tetapi terdapat beberapa patung dewa di sana. Kami di sana disambut barongsai yang bisa bergerak lincah di tempat yang sempit. 

Kelebihan lain, ada batu prasasti peninggalan kerajaan Pajajaran di dalam kelenteng. Satu prasasti di dalam mushola yang disediakan untuk kaum muslim yang berkunjung, dan satu lagi dalam ruangan yang sama dengan dewa-dewa. 

Kami mendengarkan sejarah kampung tersebut dari penjaga kelenteng. Eh, ada seorang wanita yang merupakan keturunan dari Abraham. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun