Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ke Istanbul Aku Kan Kembali

21 Februari 2017   13:01 Diperbarui: 24 Februari 2017   10:00 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kau menanti di tepi laut Marmara (dok.pri)

Beberapa hari aku berada di Istanbul diisi dengan menyiapkan segala sesuatu yang menjadi tugasku. Setelah itu aku baru berani menghubungimu.

"Kau berada dimana?" tanyamu kaget. "Aku akan menjemputmu ke sana".

"Gak usah. Kita bertemu saja di tempat biasa," aku mengelak dengan berbagai alasan.

Ketika aku tiba di tempat perjanjian, di sebuah cafe  tepi pantai Marmara, tak jauh dari jembatan Bosphorus, aku melihat kegelisahanmu. Begitu melihatku, kau langsung berlari dan memeluk erat. Seakan dengan cara itu kau mengungkapkan rasa rindu dan penyesalan. Beberapa saat kita tak mampu berkata-kata. Aku merasakan degub di jantungmu. Aku merasa terharu sekaligus cemas bahwa aku tak mampu memberi penjelasan.

"Mengapa kau tak mau memberitahu tempat tinggalmu? Setelah ini aku akan mengantarmu. Kita bawa barang-barangmu ke apartemenku. Ibu sangat gembira ketika tahu kau datang lagi. Dia memasak makanan kesukaanmu".

Aku menggeleng lemah. Kau menatap tegas,"Pokoknya kau harus ke rumah."

Untunglah pemilik kedai menyodorkan makanan dan minuman. Pembicaraan pun sejenak tertunda.  Kita justru membicarakan bisnis keluarga yang baru dibangun, yang diharapkan akan memperbaiki ekonomi keluarga dan juga pemasukan tetap bagimu. Kau tampak antusias membicarakan masa depan.

"Dan kita bisa menikah," lanjutmu. Hatiku terlonjak.

"Bukannya kau sudah punya kekasih baru?" tanyaku sambil menenangkan diri.

"Aku sudah putus dengannya. Tidak ada kecocokan dengan kami".

Duh, mengapa aku datang di saat dia sudah putus dengan pacarnya?. Apakah dia masih mencintaiku atau aku hanya akan menjadi pelarian dari kegagalannya berulangkali? Dengan berhati-hati aku mencoba menerangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun