Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ke Istanbul Aku Kan Kembali

21 Februari 2017   13:01 Diperbarui: 24 Februari 2017   10:00 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kau menanti di tepi laut Marmara (dok.pri)

"Tapi kita tidak bisa menikah".

"Kenapa?" suaramu meninggi.

"Setelah selama ini aku renungkan, kita memang tidak berjodoh. Kita harus berpisah. Bukan karena aku tidak menyayangimu, tetapi karena kita harus menerima takdir masing-masing." bisikku.

"Tidak. Tidak bisa begitu. Aku menantimu bertahun-tahun. Sungguh, aku menjalin hubungan dengan yang lain karena berusaha melipur hatiku dari ingatan tentangmu. Tidak pernah ada orang lain di hatiku kecuali kamu. Tidak pernah ada wanita yang sesuai denganku kecuali kamu," suaramu seperti rentetan peluru.

"Maafkan aku. Aku merasa pasti bahwa kita tidak berjodoh. Aku sudah ikhlas jika kau mencari wanita lain yang lebih baik dariku. Kau patut mendapatkan yang lebih baik," kataku pilu. 

"Tidak. Aku hanya mau menikah denganmu!" Kau bersikeras.

"Maafkan aku. Kau tidak pernah berusaha menjaga hubungan kita. Hubungan kita sebagai kekasih telah selesai.  Aku hanya akan menganggapmu sebagai salah satu keluargaku di sini," aku menekankan.

"Tidak. Aku tidak mau," matamu yang kehijauan memancarkan kemarahan. "Aku hanya mau kau menjadi istriku, bukan saudaraku!"

Aku menggeleng keras,"Maafkan aku. Ini sebuah keputusan yang telah aku ambil."

Aku kemudian beranjak dan menyambar tas, berjalan keluar cafe. Kau bergegas menyusul. "Thia, tungggu!"

Aku semakin mempercepat langkahku. Kau setengah berlari berusaha mengejarku. Aku sadari bahwa langkah-langkahmu jauh lebih cepat dariku. Aku pun berlari menuju tepi jalan. Dan kau pun ikut berlari untuk meraihku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun