Mohon tunggu...
Empong Nurlaela
Empong Nurlaela Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kabur di Malam Pernikahan (Part 12)

16 Januari 2025   10:22 Diperbarui: 16 Januari 2025   10:20 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Kabur di Malam Pernikahan

Part 12

"Tadi, itu aku ingin ...." Aku tidak bisa melanjutkan kalimat yang ingin disampaikan dari tadi.

"Ingin apa?" desak Alif.

Aku berusaha menenangkan diri agar detak jantungku kembali normal. Namun, tatapan Alif semakin menciptakan debar yang terasa aneh.

"Ingin ikut makan, itu maksudku," jawabku dengan gugup.

"Maksudmu, makan dengan daging gosong."

"I... iya, itu maksudku." Aku mendorong Alif, lalu berlari ke kamar.

"Tiara, bukankah kamu mau makan bersamaku," seru Alif sambil mengetuk pintu.

"Kamu makan saja sendiri. Aku belum lapar," jawabku.

"Sayang sekali, bagaimana kalau lauknya habis."

"Habiskan saja, nanti aku masak lagi."

Suara Alif sudah tidak terdengar lagi. Mungkin dia sedang makan. Untung aku belum sempat menanyakan gadis yang ada di foto tadi. Jika aku langsung bertanya, bisa saja Alif akan ill feel atau menganggapku cemburu.

Sebenarnya ada apa denganku ini? Mengapa aku marah melihat foto tadi? Bukankah Alif hanya suami pengganti? Pertanyaan semua itu membuat kepalaku terasa pusing.

"Baiklah, besok aku akan tanyakan semuanya pada Keyla," gumamku.

***

Minggu ini, aku sudah janji pada Keyla untuk kajian. Sebenarnya aku setengah hati untuk ikut dengan Keyla. Aku malu, karena belum memahami ilmu agama. Namun pertanyaan kemarin  yang selalu menghantui pikiran, membuatku semangat pergi.

"Tiara, apakah kamu sudah siap?"

"Sudah, Bang." Aku membuka pintu kamar. Tampak Alif berdiri tepat di depan pintu.

Sejenak kami saling terdiam. Alif menatapku tanpa berkata apa pun. Aku membenahi kerudung dan gamis yang dipakai.

"Sudah rapi kok. Ayo pergi!" ajak Alif.

Tanpa menjawab, aku langsung mengekor di belakang Alif.

"Keyla, sudah menunggu kita di tempat kajian." Alif memulai pembicaraan saat mobil mulai meluncur di jalanan.

Aku mengangguk.

"Ini kartu  ATM gajiku, kamu pakai saja untuk keperluanmu." Alif memberikan ATM ke tanganku.

"Tidak usah, Bang. Aku tidak berhak atas ini." Aku menyimpan kartu ATM milik Alif di dashboard mobil.

"Kamu ini istriku Tiara, jadi aku wajib menafkahimu," ucap Alif sambil memegang kemudi. "Ambil Kembali kartu ATM itu! Kalu tidak ..."

"Kalau tidak, kamu akan apa?"

"Kalau tidak, aku akan menciummu."

"Ish, dasar otak mesum," gerutuku sambil mengambil kartu ATM, lalu memasukkannya ke dalam dompet.

Aku melirik ke arah Alif. Tampak dia tersenyum sendiri.

Mobil berhenti di depan halaman masjid yang cukup besar. Suasana sejuk merasuk ke dalam hati saat kakiku menginjak lantai masjid. Sesuai instruksi Keyla melalui chat, aku langsung melangkah ke pintu bagian akhwat.

Keyla menyambutku di dekat pintu masjid. Ia mengajakku untuk duduk di tempat yang sudah ditandainya. Beberapa menit kemudian, tempat ini sudah penuh dengan Wanita Muslimah.

Di samping kananku, ada seorang ibu muda yang sedang memangku putri kecilnya. Ia sibuk merapikan jilbab mungil milik putrinya. Melihat mereka, membuatku ingin memiliki anak. Ups! Mengapa pikiranku jadi sejauh itu sih? Halah Tiara, mau punya anak bagaimana, berpegangan tangan dengan Alif juga belum pernah? Sungguh pikiran yang konyol. Aku memukul kepalaku sendiri.

"Mengapa Teh? Teteh sakit, ya?" tanya Keyla sambil memegang tanganku. Dari nada bicaranya, dia terlihat khawatir.

"Tidak Key, Teteh hanya sedikit pusing, efek mabuk perjalanan," kilahku.

Kajian sepertinya sudah dimulai. Aku mendengar seorang pria mencoba pengeras suara di bagian Ikhwan. Aku melihat Keyla mengeluarkan buku kecil dan sebuah pulpen.

Aku jadi kagum pada Keyla, Dia sudah paham mengenai agama, tapi dia masih sungguh-sungguh dalam belajar.

Aku mulai menyimak materi tausiya dari Ustadz Adnan. Setiap kalimat yang keluar dari  beliau, bak sindiran halus atas apa yang telah aku lakukan selama ini. Apalagi tema kali ini tentang pernikahan yang menyangkut kewajiban suami istri.

Di akhir kajian, ada sesi tanya jawab. Ustadz Adnan memberikan kesempatan kepada para jamaah untuk bertanya. Refleks aku mengangkat tanganku.

"Teteh, mau bertanya?" tanya Keyla.

Astaghfirullah, tangan ini mengapa terangkat sendiri sih. Jelas saja aku tidak berani bertanya. Dengan cepat aku menurunkan tanganku kembali.

"Tii...dak jadi, Key." Aku menggelengkan kepala.

"Iya, silahkan akhwat yang di depan!" Ustadz Adnan menunjuk ke arahku.

"Saya, Ustadz." Aku memastikan.

"Iya, silakan!"

Tiba-tiba tubuhku panas dingin. Keringat tak terasa bercucuran. Aku memegang mix yang diberikan panitia dengan gemetar.

Setelah mengucapkan salam aku langsung bertanya, " Kriteria perempuan seperti apa yang baik untuk dijadikan istri, Pak Ustadz? Terima kasih."

Seketika ruangan bergemuruh. Ada celetukan di tempat ikhwan kalau akulah yang cocok dijadikan istri.

Sebenarnya bukan itu yang ingin ditanyakan. Aku ingin tahu bagaimana hukumnya pernikahan aku dan Alif. Apakah aku berdosa jika tidak menunaikan kewajibanku sebagai istri? Aku sadar pertanyaan itu seolah membuka aibku sendiri. Untungnya, ada ide pertanyaan yang baru saja aku utarakan.

Ustadz Adnan menjawab bahwa ada empat kriteria dalam memilih pasangan dalam Islam. Kriteria tersebut termuat dalam hadits yang berasal dari Abu Hurairah RA, Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah Wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.

"Apakah Kakak sudah menikah?"  Ustadz Adnan balik bertanya.

"Sudah Ustadz."

"Sayang sekali, sudah yah para Ikhwan." Kalimat Ustadz Adnan disambut tawa para Jemaah.

***

Rumah makan yang dipilih Keyla memang cukup sejuk. Ada pohon besar yang memayungi bangunan ini.

Pelayan restaurant menyambut kami dengan ramah. Sepertinya Keyla sering datang ke sini, karena salah satu pelayan memanggil namanya. Keyla mengajakku duduk di teras belakang dekat dengan taman bunga.

Alif tidak bisa ikut makan Bersama kami, karena ada acara khusus dengan teman-temannya. Tentu saja hal itu sangat membuatku senang. Aku jadi lebih leluasa mencari informasi tentang foto itu.

Setelah memesan makanan dan minuman, aku langsung mengambil foto seorang gadis yang kutemukan kemarin.

"Key, bolehkah Teteh bertanya sesuatu?"

"Boleh, Teh. Tentang apa?" Keyla balik bertanya.

"Tentang foto ini." Aku menunjukkan foto yang masih menjadi misteri ini.

Sejenak Keyla terdiam. "Memang Bang Alif belum pernah bercerita, Teh?"

Mendengar perkataan Keyla membuatku semakin penasaran.

"Belum, Key." Aku menggeleng.

Keyla mendesah. Sepertinya ada sesuatu yang berat di dalam dadanya.

"Tolong Key, Teteh ingin tahu." Aku memegang tangan Keyla.

Tiba-tiba dua orang pelayan datang membawa makanan dan minuman yang kami pesan. Mereka mempersilakan kami untuk menikmati hidangan yang disajikannya.

"Kita makan dulu ya Teh, nanti nasinya keburu dingin!"

Aku mengangguk pelan.

Sebenarnya makanannya sangat enak. Menu ayam bakar madu yang kupilih benar-benar lezat. Namun selera makanku tiba-tiba hilang, ketika melihat foto yang tergeletak di atas meja.

"Aku berhenti makan, Ketika melihat Keyla beranjak dari tempat duduknya. Dia berjalan menuju westafel, lalu mencuci tangannya.

Aku menyimpan sendok dan garpu di piring, lalu melakukan hal yang sama dengan Keyla.

"Teteh sudah selesai makan?" tanya Keyla.

Mungkin dia heran melihat makananku yang masih tersisa.

"Teteh sudah kenyang, Key. Kalau dipaksakan takut muntah" Aku memegang perut.

Keyla tersenyum, lalu mengambil foto yang tadi kusodorkan.

Entah mengapa jantungku berdetak kencang saat bersiap mendengarkan penjelasan Keyla.

"Sebenarnya foto ini adalah ...." Keyla berhenti berbicara. Ia meminum es jeruk yang dari tadi diaduknya.

Aku meremas jemariku. Rasa penarasaranku semakin memuncak.

"Ini adalah foto mantan tunagan Bang Alif."

"Apa??"

(Bersambung ....)

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun