"Di sini saja, enggak usah bisik-bisik. Enggak bakalan ada yang denger, kok." Aku bergeming.
"Ya udah aku tidur duluan," ujarnya sembari memakai selimut.
Dengan terpaksa aku mendekat, lalu duduk di samping Alif.
Alif beringsut, hendak membuka bajunya. Aku menutup wajah dengan tangan. Alif tertawa kecil melihat tingkahku.
"Kamu kenapa?"
"Pake lagi bajunya, kalau enggak aku kabur nih."
"Ya sudah kabur aja, aku cuman ngingetin aja tiga hari yang lalu ada yang meninggal. Tertabrak mobil truk. Katanya arwahnya gentayangan."Ucapan Alif membuat bulu kudukku meremang.
"Ya sudah apa syaratnya?" aku terpaksa mengalah.
"Syaratnya pijitin aku, perjalanan Subang-Jakarta membuat badanku pegal-pegal," bisiknya.
" Ya ampun abang, nyuruh mijit aja, pake drama dulu. Ya udah gampang syaratnya, asal jangan buka baju!"
Alif  terkekeh sembari membenahi kausnya, kemudian tidur telungkup.
Perlahan aku memijit punggungnya.
"Pijitan luar kamu enak juga, apalagi pijitan dalamnya."
Aku mencubit punggung Alif. Dia mengaduh. Rasain bicaranya mesum mulu.