Aku diam memboikot bibir.
"Ya sudah, tadi gulingnya disimpan di mana?" Suara Alif terdengar lembut.
"Di bagasi. Aduh, Bang. Gulingku ketinggalan dibagasi." Aku menepuk jidat.
"Tuh, makanya jangan suuzan dulu sama orang lain," tutur Alif sembari merebahkan badannya kembali.
 "Iya deh maaf. Tolong ambilin gulingnya dong, Bang!" rayuku.
Alif memicingkan mata, sepertinya dia berfikir dulu.
Aku menggerutu dalam hati, ya ampun Abang ... diminta segitu aja pake mikir dulu. Apalagi disuruh ngambil edelweiss di puncak gunung.
"Hmm ... tuh ambil kunci mobilnya di atas nakas!" titahnya.
"Bang, mana bisa atuh aku pake konci mobil." Aku mengerucutkan bibir.
"Ya udah, aku ambilin, tapi ada satu syarat." Alif mengacunkan jari telujuk sembari menaik turukan alisnya.
Aku bergidig. "Asal jangan yang mesum syaratnya," ucapku.
"Enggak, ayo sini! Aku bisikin syaratnya."