Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Bunglon ala PAN

4 September 2015   10:21 Diperbarui: 4 September 2015   10:53 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagai manuver para politisi KMP tersebut menggambarkan satu hal tentang “kegalauan” mereka menyikapi bergabungnya PAN dengan Pemerintah. Karena itu, mereka merasa perlu menggelar sebuah forum untuk “mengadili” PAN, khusunya Pa Zul. Maka pada Kamis malam, para petinggi PAN yang dipimpin oleh Ketumnya, Pa Zul, diundang hadir di sekretariat KMP untuk memberikan klarifikasi dan “pembelaan”. Sayangnya, setelah bertemu dengan seluruh tokoh KMP dan memberi “pembelaan”, Ketum PAN, Pa Zul mengatakan bahwa PAN tidak keluar dari dan tetap berada di koalisi dan bersama KMP (TV One). Inilah sikap “ragu-ragu” yang secara tidak tegas menarik garis demarkasi, antara bergabung dengan Pemerintah atau tidak mendukung Pemerintah. Sikap demikian menunjukkan politik bunglon, politik plin-plan, politik daun talas, pagi bilang tempe, sore berubah bilang tahu. Tidak konsisten dan tidak tetap pendirian meski kawan seiring mencoba untuk menjegal. Gaya politik yang tidak mencerminkan high politics sebagaimana digagas Amien Rais sebagai pendiri dan “owner” PAN. Mudah berubah, hanya karena ada tekanan, apalagi cuma gertakan dari kawan sekoci. Atau sikap tersebut juga mencerminkan pula sikap dan gaya politik oportunis?

Ternyata politik Indonesia belum beranjak jauh bergerak ke depan masuk pada level high politic, masih berkutat pada "obsesi" ingin juga memperoleh kue kekuasaan, sesuatu yang oleh sebagian orang, termasuk Amien rais menyebutnya sebagai "remah-remah". Politisi kita belum memberikan teladan dan pendidikan politik yang mengedepankan politik ideologis, punya konsistensi politik atas landasan idealisme membela kepentingan rakyat, bangsa dan negara. Tidak mudah terombang-ambing sehingga mudah berubah pendirian dan haluan, hanya karena tidak ingin membuat kawan seiring menjadi "galau". Politik kita masih berada di level politik pragmatis, dan lebih jauh dari itu politik oportunis. 

Nah, bagaimana dan apa sikap Pemerintah dan kelompok KIH menanggapi berubah-ubahnya sikap dan pendirian PAN ini? Mari  kita lihat dan tunggu perkembangan selanjutnya!

Ya sudah, begitu saja pendapat penulis, selamat membaca, ...

 

Wallahu a’lam bish-shawabi

Makassar, 04  September  2015

 

Sumber gambar

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun