Berbagai manuver para politisi KMP tersebut menggambarkan satu hal tentang “kegalauan” mereka menyikapi bergabungnya PAN dengan Pemerintah. Karena itu, mereka merasa perlu menggelar sebuah forum untuk “mengadili” PAN, khusunya Pa Zul. Maka pada Kamis malam, para petinggi PAN yang dipimpin oleh Ketumnya, Pa Zul, diundang hadir di sekretariat KMP untuk memberikan klarifikasi dan “pembelaan”. Sayangnya, setelah bertemu dengan seluruh tokoh KMP dan memberi “pembelaan”, Ketum PAN, Pa Zul mengatakan bahwa PAN tidak keluar dari dan tetap berada di koalisi dan bersama KMP (TV One). Inilah sikap “ragu-ragu” yang secara tidak tegas menarik garis demarkasi, antara bergabung dengan Pemerintah atau tidak mendukung Pemerintah. Sikap demikian menunjukkan politik bunglon, politik plin-plan, politik daun talas, pagi bilang tempe, sore berubah bilang tahu. Tidak konsisten dan tidak tetap pendirian meski kawan seiring mencoba untuk menjegal. Gaya politik yang tidak mencerminkan high politics sebagaimana digagas Amien Rais sebagai pendiri dan “owner” PAN. Mudah berubah, hanya karena ada tekanan, apalagi cuma gertakan dari kawan sekoci. Atau sikap tersebut juga mencerminkan pula sikap dan gaya politik oportunis?
Ternyata politik Indonesia belum beranjak jauh bergerak ke depan masuk pada level high politic, masih berkutat pada "obsesi" ingin juga memperoleh kue kekuasaan, sesuatu yang oleh sebagian orang, termasuk Amien rais menyebutnya sebagai "remah-remah". Politisi kita belum memberikan teladan dan pendidikan politik yang mengedepankan politik ideologis, punya konsistensi politik atas landasan idealisme membela kepentingan rakyat, bangsa dan negara. Tidak mudah terombang-ambing sehingga mudah berubah pendirian dan haluan, hanya karena tidak ingin membuat kawan seiring menjadi "galau". Politik kita masih berada di level politik pragmatis, dan lebih jauh dari itu politik oportunis.
Nah, bagaimana dan apa sikap Pemerintah dan kelompok KIH menanggapi berubah-ubahnya sikap dan pendirian PAN ini? Mari kita lihat dan tunggu perkembangan selanjutnya!
Ya sudah, begitu saja pendapat penulis, selamat membaca, ...
Wallahu a’lam bish-shawabi
Makassar, 04 September 2015
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI