Karena itu kami bertiga heran ketika mendengar cerita Ratna bahwa wajahnya yang bonyok adalah akibat kena pukul suaminya tadi malam, karena memang suami Ratna itu menurut pengamatan kami sehari-hari, selain dari cerita Ratna, memang sama sekali tidak pernah datang pada malam hari, apalagi hari Sabtu.
Kami masih di tukang sayur bersama Ratna, ketika mbak Nanik, mantan wartawan senior sebuah koran ternama dan pak drg, Hanung datang bergabung untuk belanja sayur.
Sama seperti kami, ketika melihat wajah Ratna yang penuh luka, mbak Nanik pun bertanya pada Ratna :" Kamu kenapa Na?"
Ratna menberi jawaban singkat  "Dipukul suami mbak."
"Kapan kejadiannya?" Tanya mbak Nanik lagi.
"Tadi malam mbak." Jawab Ratna pendek.
Bedanya kami dengan mbak Nanik adalah, kami tidak begitu saja percaya dengan cerita Ratna, tapi mbak Nanik langsung percaya atau pura-pura percaya, kami tidak tahu, yang jelas pada Minggu sorenya, di pos satpam Cluster sudah terjadi kehebohan, mbak Nanik menuliskan kronologis pemukulan yang terjadi pada Ratna di papan pengumuman Pos satpam.
Pak drg. Hanungpun menggelar orasi, supaya warga Blok N segera menuntut mundur pak RT, karena menganggap pak RT tidak peduli pada warganya, seorang perempuan bernama Ratna.
Menurut drg. Hanung yang katanya tadi pagi saat di tukang sayur, telah meraba luka pada wajah Ratna, dapat menyimpulkan bahwa luka itu adalah hasil dari suatu tindakan pemukulan yang sangat biadab dan tidak berperi kemanusiaan.
Masih menurut drg, Hanung, Ratna itu adalah wanita yang perjuangannya pantas dicontoh, walaupun mohon maaf dia adalah istri simpanan, tetapi perngorbanannya untuk keluarga besarnya sangat pantas diapresiasi, Ratna adalah tulang punggung bagi keluarga besarnya, dia itu pemberani, ibarat pahlawan wanita, Ratna itu berani, seperti Cut Nyak Dien. Ratna adalah Kartini masa Kini.
Aku, Cicik Fe dan beberapa warga yang hadir dibuat melongo dengan apa yang disampaikan pak. drg Hanung.