Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ada Apa di Balik Puisi Anda?

12 Desember 2024   15:09 Diperbarui: 12 Desember 2024   19:25 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://cdn.grid.id/crop/0x0:0x0/700x465/photo/2024/09/29/pexels-picjumbo-com-55570-210661-20240929103103.jpg


Puisi menurut kamus besar bahasa Indonesia ada tiga, yang pertama adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima serta penyusunan larik dan bait, yang kedua adalah gubahan dalam bahasan yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Kemudian yang ketiga, puisi adalah sajak.

Puisi ada beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

  • puisi bebas yaitu puisi yang tidak terikat oleh rima dan matra, dan tidak terikat oleh jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap larik
  • puisi berpola, yaitu puisi yang mencakupi jenis sajak yang susunan lariknya berupa geometris, seperti belah ketupat, jajaran genjang, bulat telur, tanda tanya, tanda seru, ataupun bentuk lain
  • puisi dramatik, puisi yang emiliki persyaratan dramatik  yang menekankan tikaian emosional atau situasi tegang
  • puisi lama, yaitu puisi yang belum dipengaruhi oleh puisi Barat, seperti pantun, gurindam, syair, mantra, dan bidal
  • puisi mbeling, yaitu sajak ringan yang tujuannya mebebaskan rasa tertekan, gelisah, dan tegang. Puisi ini juga bisa disebut sebagai sajak main-main.

Di Balik Puisi Anda

Secara sadar mengapa saya menulis puisi (dan mungkin juga para Kompasiner mengalami hal yang sama) adalah sebagai berikut:

  • secara pribadi belajar menyusun kalimat dengan kata-kata puitis, misalnya wiyata (pengajaran), bentala (bumi), jumantara (langit), dara (gadis), bena (ombak), nirmala (sempurna) dan lainnya.
  • secara tak sengaja saya mengawetkan atau istilah lainnya, menjaga biodiversity of word (keanekaragaman kata dalam susunan kalimat). jika sebuah bahasa tidak digunakan maka bisa juga punah. Mengapa semingguan terakhir ini saya menulis puisi karena pada tahun pelajaran 2021/2022, 2022/2023, dan 2023/2024 mengajar PJOK (Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan) dan pada tahun pelajaran 2024-2025 tidak lagi mengajar PJOK karena ada guru bantu di sekolah saya sehingga saya megajar tahfizh qur'an, sirah nabawiyah, dan biologi. Jadi, semacam mengenang apa yang telah saya tulis untuk mengajar PJOK 3 tahun sebelumnya pada media ajar saya berupa power point. (Media Power point terlampir di bawah).
  • puisi mampu meringkas kalimat yang banyak.  
  • karena puisi itu lebih ringkas dari paragraf/artikel maka ia lebih mudah menjadi mind mapping (gambaran umum) suatu materi pelajaran, termasuk materi  PJOK.
  • ketika di dunia nyata kita tidak bisa banyak menulis (mungkin karena sibuk kerja, sibuk urus anak dan lainnya) maka dunia imajinasi bisa hadir untuk menyalurkan minat-bakat sebagai penulis
  • kreativitas adalah naluriah manusia maka mempuisikan suatu materi pelajaran adalah kreativitas.

Bagaimana para kompasianer? Jika ingin menulis yang berat tidak bisa, maka tulis yang ringan. Ingin menulis yang panjang tidak bisa maka tulis yang pendek (puisi). Jika tidak bisa menulis, ya berarti minat-bakatnya di bidang yang lain. Jangan lupa ketentuan di Kompasiana untuk tulisan kita, wajib tidak kurang dari 70 kata kecuali bidang fiksiana, misalnya puisi.

Apa sih Buktinya Puisi Kita Original?

Bukti karya puisi kita original yaitu kita dapat menjawab pertanyaan berikut:

  • apa tujuan kamu?
  • apa yang kamu alami atau rasakan?
  • apa amanat puisi kamu?
  • apakah kamu paham bahwa puisi kamu golongan yang mana? puisi bebas, puisi berpola, puisi dramatic, atau puisi mbeling? (Sepertinya sudah tidak ada lagi puisi lama karena kita sudah zaman globalisasi yang tidak ada sekat kebarat-baratan atau ketimur-timuran.)
  • apakah ada karya orang lain yang kamu jiplak?

Mengapa saya dapat mengupload 6 hari berturut-turut  puisi di Kompasiana? Jawabannya, karena untuk upload karya kita dibatasi di Kompasiana. Ada jarak waktu yang diatur Kompasiana. Karena itu lah saya menulisnya sudah dari jauh-jauh hari, agar saya mengupload tulisan per hari satu tulisan. Nah ketika akan di-upload maka saya setting lagi, diperindah lagi atau di perbaiki barang kali ada kesalahan. Maka puisi saya sering berakhiran hruruf-huruf yang dalam pola dikatakan sebagai irama sebagai hasil pertemuan pikiran dan waktu serta kreativitas.

Yuk, Mulai Bedah Puisi!

Baiklah kita bedah yuk puisi kita satu persatu!

Puisi "Lebih Digdaya"

Pinggir kamu!

Aku akan ke muka.

Di sana gawang, yang bulat-karet tersepak,

Di sana net, yang bulat-karet tertetak,

Di sana keranjang, yang bulat-karet tertolak.

Tepi kamu!

Aku akan ke muka.

Di sana net, yang bulat-plastik kecil tertetak,

Di sana net , yang bulat-berbulu kecil tertetak,

Di sana net, yang bulat-karet kecil tertetak.


Bahana penonton sungguh elan.

Atmosfer seakan dua alis pertemuan.

Eksistensi sedang berhadap-hadapan.

Diranda sedang bertatapan.

Eunoia menang setiap kutub pertarungan.

Menjadi saksi lah lunar dan dian.

Siapa yang lebih digdaya, bukan edan.

Apa ujuan puisi kamu? Menjelaskan pertandingan pada permainan bola. Permainan bola besar ada tiga dalam puisi ini yaitu: sepabola (football) diwakilkan oleh kata bulat karettersepak. bulat karet tertetak da nada kata net berarti voli. bulat karet tertolak dan ada kata 'keranjang' berarti basket. Permainan bolak kecil ada tiga dalam puisi ini yaitu: pingpong, badminton dan tenis.

Perhatikan kembali kalimat ini: Di sana gawang, yang bulat-karet tersepak, Di sana net, yang bulat-karet tertetak, Di sana keranjang, yang bulat-karet tertolak. Di sana net, yang bulat-plastik kecil tertetak, Di sana net , yang bulat-berbulu kecil tertetak, Di sana net, yang bulat-karet kecil tertetak.

Apa yang kamu alami atau rasakan? Penulis merasakan betapa seriusnya kedua tim sedang berlaga. Begitupun para penonton. Perhatikan bagian berikut: Bahana penonton sungguh elan. Atmosfer seakan dua alis pertemuan. Eksistensi sedang berhadap-hadapan. Diranda sedang bertatapan. Eunoia menang setiap kutub pertarungan. Menjadi saksi lah lunar dan dian. Siapa yang lebih digdaya, bukan edan.

Apa amanat puisi kamu? Kedua tim yang sedang berlaga sama-sama punya optimisme menang. Hal ini diwakilkan kalimat "Eunoia menang setiap kutub pertarungan."  Eunoia menurut kamus adalah pemikiran yang indah. Kalimat ini bergenre konotatis karena menggunakan kata 'kutub' untuk mengganti subjek (orang). Pesan lainnya, dalam pertandingan permainan bola kedua petarung akan mengejar kemenangan mengikuti peraturan permainan bukan asal memang tapi melanggar aturan itulah yang diwakilkan kalimat "Siapa yang lebih digdaya, bukan edan."

Apa golongan puisi kamu? Puisi bebas. Sebenarnya puisi ini tidak bebas amat, karena beberapa bagianmenggunakan irama. Mengapa megnggunakan kata 'tertetak' pada permainan Voli, Pingpong, Badminton dan Tennis ? Karena 'tetak' itu suatu gambaran memotong dan gerakan dengan kecepatan tinggi sehingga iramanya menjadi pas, pun maknanya yaitu 'smash'. Mengapa menggunakan kata 'tolak' pada permainan basket? Karena prinsip dasar basket juga mirip atletik cabang tolak peluru, tidak memukul tapi menolak. Mengapa menggunakan kata 'sepak' pada football? Ini sudah jelas, kita semua paham.

Apakah ada karya orang lain yang kita jiplak? Puisi kita tidak menjiplak karena kita yang paling memahami puisi kita. Kalau sama, itu di luar tanggungjawab kita. Prinsip kita, jika kita dituduh menjiplak, ya kewajiban orang itu memberikan buktinya!

Perlu kita sampaikan di sini bahwa kita telah mengawetkan kata-kata puitis seperti 'eunoia', 'diranda' (pemberani), 'elan' (semangat yang berkobar), 'digdaya' (sakti, hebat) dan lainnya.

Puisi Kedua

Nah kita lanjutkan yuk ke puisi berikutnya. Agar tidak bertele-tele, kita to the point saja untuk 5 puisi berikutnya.

Puisi "Olimpiade Atletik Harian"


Ke mana tujuan?

Kesiapan nan ranum perlu

Jangan rinai hujan!

tapi bena lautan.

Masuk candradimuka perlahan.

Kelemahan jadi kekuatan.

Harian, lemparan dan lompatan.

Harian, larian dan jalan.

Jikalau bukan itu ...

otot dan tulang mulai kalap.

Mulai berobat, pitis mendadak  tengkurap.

Rasa bentala ber-jumantara lindap.

Menuju gelita, tapi optimis semburat.

Berganda diranda, olimpiade disambat.

Apa ujuan puisi kamu? Mengngkap latihan sunguh-sungguh dan keras seorang atlet untuk olimpiade atletik.

Apa yang kamu alami atau rasakan? Penulis merasa semangat.

Apa amanat puisi kamu? Walau banyak masalah kita tetap optimis. Terwakilkan dari kalimat berikut: Menuju gelita, tapi optimis semburat. Berganda diranda, olimpiade disambat.

Apa golongan puisi kamu? Puisi bebas. Sebenarnya puisi ini tidak bebas amat, karena beberapa bagianmenggunakan irama.

Apakah ada karya orang lain yang kita jiplak? Puisi kita tidak menjiplak.

Analisa puisi ketiga, keempat, kelima dan keenam menunggu episode selanjutnya ya! Jadi sampai di sini ada lagi gak rahasia di balik puisi kita? Setelah digali lagi ternyata ada kebenaran, semangat, pembelaan dan keteguhan kita. 

Terimakasih!

Bukti materi PJOK saya: https://drive.google.com/drive/folders/1HX_XagN5BMvISv3tT6wm-CfjQ505dH86?usp=sharing

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun