Mohon tunggu...
Em Fardhan
Em Fardhan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

I'm not a good person, but I'll try.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kereta Senja

16 Desember 2022   06:28 Diperbarui: 16 Desember 2022   06:29 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hati masih terbesit kelucuan ini. Negeri senja dan seorang bapak aneh. Apa jangan-jangan bapak ini ODGJ? Namun, karena menyadari ia bisa membaca pikiranku tadi, getar hati itu tak aku lanjutkan lebih panjang dalam pikiran.

"Ya, mungkin kurang lebih seperti itu," jawabnya.

Aku masih tetap tidak percaya, tentu saja. Aku hanya berusaha menghargai kepercayaan bapak itu, Setidaknya aku tidak kesepian di ruang tunggu ini sendirian. Ada teman ngobrol.

"Kalau Bapak pergi ke negeri senja dengan kereta senja, itu berarti bapak tidak akan kembali, lho," tukasku.

Aku meliriknya, hanya demi melihat ekspresinya.

Namun, ia benar-benar datar. Seperti seorang tahanan yang pasrah hendak dihukum mati.

"Ya, aku sudah tahu itu, sebab petugas loket sudah menjelaskan semuanya dan aku menyetujuinya."

Petugas? Petugas yang mana? Aku juga tidak melihat ada kereta senja ke negeri senja di dalam daftar jadwal kereta.

Aku menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.

Apakah aku mulai percaya? Tentu tidak. Aku masih waras, masih belum gila. Aku adalah orang yang sangat logis dan kritis, tidak semudah itu percaya hal-hal tahayul dan semacamnya. Apalagi negeri senja. Ha-ha! Jika diriku sampai percaya dengan negeri senja itu, aku akan menertawakan diri ini dengan terbahak-bahak sampai mam pus.

"Kau tau, Anak muda? Bagaimana rasanya orang yang sudah muak dengan dunia yang penuh sandiwara ini, ia ingin mati tapi belum saatnya. Mau bunuh diri masih sadar bahwa itu suatu dosa besar. Negeri senja adalah sebuah tujuan yang terbaik untuk orang dalam dilema seperti itu." Bapak itu menatapku serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun