Mohon tunggu...
Ema Riyanawati
Ema Riyanawati Mohon Tunggu... Freelancer - Pecinta Film

Hobi menonton film dan series. Tertarik belajar menulis skenario film. Tepatnya baru belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhir Penantian Panjang

18 Agustus 2024   17:20 Diperbarui: 18 Agustus 2024   17:20 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya, bu. Saya pamit." 

Saat aku menoleh ke arah pintu, pria itu sudah menghilang. Aku baru menyadari tidak ada satu pun foto yang terpajang di dinding ruang tamu Bu Dina. 

"Bu Dina?" Aku berhenti di depan pagar rumah. "Bapak yang di dalam kamar itu siapa? Maaf kalau saya lancang."

"Ba-pak?" Cara bicara Bu Dina menjadi terbata-bata. "Ah, Mbak Hazel salah lihat mungkin, saya tinggal sendiri mbak."

"Maaf ya, bu."  Apa mungkin itu arwah Pak Yuli? Ah, aku bergidik ngeri. 

"Tidak apa-apa. Mungkin suami saya pulang." Senyum Bu Dina mengembang. Aku merasa aneh dengan senyuman itu.

Malam harinya aku tidak bisa tidur. Wajah pria itu terus menghantuiku. Aku mencoba mencari informasi melalui internet tentang hilangnya Pak Yuli. Benar saja. 

Aku membaca berita itu dengan perasaan campur aduk.

: Manajer perbankan yang tersangkut kasus korupsi menghilang tanpa jejak. Sejak ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi, keberadaan Y seperti ditelan bumi. Meninggalkan seorang istri. Setelah menghilang mulai bermunculan fakta bahwa Y juga diduga berselingkuh dari istrinya "D". Dugaan sementara Y sengaja menghilang bersama selingkuhannya ke luar negeri.

Aku mengamati foto pria yang tersenyum gagah pada berita. Aku mencoba memperhatikan dengan benar. Itu Pak Yuli. Wajah yang sama seperti yang aku lihat di rumah Bu Dina. Jangan-jangan, Pak Yuli hanya bersembunyi saja agar lolos dari hukuman. Aku menyalakan satu batang rokok dan membuka jendela.

Aku kembali mengumpat karena Bu Dina berdiri di depan pagar rumah sambil membawa rantang makanan. Itu sangat menakutkan.  Senyumannya aneh. Sama persis seperti senyuman yang aku lihat sore tadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun