Argez menemukan seorang gadis terlilit cabang pohon sihir barko yang sedikit beracun...tangan kanannya terpuntir kebelakang...sedangkan tangan kiri mencakar cakar ranting itu. Ihhhh..kupikir ranting ini mudah ditahlukan...ehhhh..bandel juga.
Itu semua salah mu sendiri gadis malas..kau tidur di kelas, jadi kau tidak tahu cara menjinakan ranting itu!!!...hardik hargez kesal .
ooohhh..aku minta maaf tuan Argez, kumohon lepaskan aku, tanganku mulai gatal terkena getah beracunnya.
Argez menyalakan segenggam rumput dan mulai mengasapi pohon itu, seketika lemaslah ranting-rantingya.
Belum juga zelenira terbebas sempurna dari ranting-ranting. Tangan Argez dengan kasar merenggutnya..
Dengar gadis tolol..lain kali kalau kau seperti ini lagi kutinggalkan saja kau di tengah hutan !!!! mata Argez melotot pada zelenira.
Silahkan saja penyihir galak..balas zelenira melotot, dan tak kalah galak. Aku tidak takut katanya..namun begitu kakinya gemetar, iya tahu pasti dia takut gelap.
Huh...!!!mata hitam Argez bertemu mata cokelat zelenira, dia tertegun dan tidak berkata apa apa. Mata terindah dan terjernih yang pernah dia pandang di seluruh negeri ada di depannya, hatinya tergetar.
Sejak saat itu Argez sering mengunjungi sekolah ketabiban zelenira
***
hari berganti dan minggu berlalu. Pada suatu saat pangeran valent berkuda dan bertemu dengan sahabat lamanya Argez. Mereka berbincang santai seperti biasa, lalu tiba tiba pangeran valent berkata. Wahai Argez sahabatku aku akan segera menikah. Wahhh..benarkah selamat kalau begitu, puteri siapa kah yang beruntung itu?. Hahaha...dia bukan puteri Argez gadis desa dari desa Asva.