Selain memfasilitasi siswa dengan pembelajaran berdiferensiasi  dengan menyajikan pembelajaran yang berpihak pada siswa dimana sebelum menyusun pembelajaran guru perlu memperhatikan perbedaan minat, kesiapan belajar dan profil siswa, guru juga harus menyiapkan kondisi psikis siswa dengan menerapkan pembelajaran social emosional. Karena dengan menyiapkan psikis siswa, siswa siap belajar dengan merdeka.
Namun bukan hanya siswa yang perlu dipersiapkan kondisi psikisnya, sebelum memberikan pembelajaran seorang guru/pendidik perlu mempersiapkan social emosionalnya terlebih dahulu. Mengapa demikian? Karena di dalam kelas guru akan berhadapan dengan berbagai  keberagaman siswa, tentunya terdapat situasi atau kondisi yang tidak ssuai antara sswa dengan siswaa atau guru dengan siswa.
Keadaan tersebut mengharuskan guru sebagai pemimpin pembelajaran  untuk mampu mengambil suatu keputusan secara tepat dan bijaksana. Dalam mengambil keputusan yang tepat tersebut selain 9 langkah keputusan dan pengujian yang terpenting adalah bagaimana guru menerapkaan kompetensi social emosionalnya. Karena dengan kesiapan social emosionaal guru mampu menyadari  kondisi dirinya, kemudian mampu mengelola emosinya, selanjutnya mampu berinteraksi dan mengambil keputusan dalam keadaan sadar sehingga dapat menghasilkan keputusan yang tepat dengan kesalahan sekecil-kecilnya dan dengan dampak yang sebesar-bessarnya.
Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik berpengaruh besar pada pengambilan keputusan yang tepat. Kita tahu bahwa dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi saling bertentangan. Dan bujukan moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.
Untuk memecahkan kedua kasus, Â seorang pendidik sebagai pemimpin pembelajaran harus berpikir dan bertindak sesuai 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah untuk menguji hasil keputusan yang telah dibuat supaya keputusan yang di ambil tidak salah. D
ari menelaah, mengevaluasi, hingga memecahkan masalah selayaknya melihat serta menampung dari berbagai sudut pandang. Satu lagi yang menjadi solusi pemecahan masalah yaitu kepiawaian seorang pemimpin pembelajaran menggunakan opsi trilema yaitu opsi keputusan kreatif yang tepat dan tidak terduga sebelumnya . Tentnya nilai-nilai pada diri pendidik sangat menentukan keputusan yang akan diambil.
Maka dari itu saya mengibaratkan keputusan pendidik sebagai pemimpin pembelajaran   bak dua mata pisau yang sangat tajam. Apakah mata pisau kanan yang penuh dengan nilai kebajikan universal yang akan dipilih ataukan mata pisau kiri  yang penuh dengan pilihan yang mementingkan diri sendiri atau kelompok demi suatu kepentingan pribadi.
Tentu saja lagi-lagi nilai-nilai moral, empati/peduli, disiplin, taat peraturan dan mengambil keputusan demi kepentingan yang merangkul banyak pihak  dibutuhkan untuk menunjang nilai-nilai positif dari mata pisau sebelah kanan yang penuh dengan kebajiikan universal.
Sebaliknya apa yang terjadi jika seorang pemimpin pembelajaran memilih mata pisau sebelah kiri  namun menurutnya itu adalah keputusan yang terbaik karena tipisnya nilai-nilai kebajikan pada dirinya. Pembentukan karakter dan nilai-nilai positif sekali lagi memegang peranan penting bagi pemimpn pembelajaran karena akan menentukan arah kebijakan yang berdampak pada kemajuan atau kemunduran pendidikan suatu bangsa.
Seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki nilai-nilai positif akan membuat keputusan yang memfasilitasi siswanya belajar dengan merdeka melalui pembelajaran berdiferensiasi. Seorang pendidik dalam hal ini pemimpin pembelajaran akan memfasilitasi suasana kelas yang aman, nyaman dan berpihak pada murid.
Dengan demikian  akan tercipta suasana yang kondusif untuk belajar di setiap kelas dan tentunya akan berdampak pada lingkungan sekolah yang positif.