Namun demikian, saya harus berlapangdada. Saya harus berfikiran jernih. Saya harus menerima keadaan ini. Saya hapus air mata, saya kuatkan jiwa raga. Saya adalah pejuang yang akan tetap terus berjuang. Saya adalah wanita yang selalu menguatkan jiwa ketika masalah datang melanda. Saya tidak akan pernah berhenti. Selagi Allah memberi saya kesempatan.
Yang lebih menyedihkan saya lagi. Ada sahabat saya yang memulangkan buku saya, dengan ucapan. " Sebenarnya saya kasihan sekali sama Bu Elmi. Saya sedih melihat Bu Elmi seperti ini. Sudahlah murid sedikit, gratis pula, tapi maaflah ya saya tidak bisa mengambil buku ini, karena Bu Elmi bekerja sama dengan orang yang tidak seharusnya," kata beliau.
Mendengar ocehannya itu, saya diam seribu bahasa. Saya tidak mau berperang dengannya. Yang saya pikirkan dalam hati saya. Kata-katanya itu. Beliau bilang dia kasihan kepada saya, tetapi kenapa buku saya dipulangkannya. Kalau memang beliau kasihan, seharusnya belilah buku saya. Jangan dipulangkan. Ini dipulangkannya. Lalu kasihan apa coba.Â
Aduh...ya Allah, kadang manusia ini banyak sekali yang aneh. Perkataannya tidak sesuai dengan perbuatan. Tapi ya sudahlah. Inilah nasib saya. Anehnya lagi karena keributannya di grup banyak sekali yang ingin memulangkan buku saya. Sebenarnya tujuan dia itu apa coba. Hanya mengacaukan usaha saya. Padahal bukan uang pribadinya yang akan mbayar buku-buku itu. Kan ada uang sekolah.
Tapi ya sudahlah...sudahlah...inilah ujian saya. Semoga saya diberi Allah kesabaran. Semoga saya diberi Allah jalan keluar terbaik dari keadaan ini. Semoga Allah memberi saya rezeki yang tak terduga dan tak terhingga dari pintu-pintu yang lain. Aamiin...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H