MENUNGGU HARI WISUDA.
Setelah semua administrasi yang menyangkut dengan pelaksanaan wisuda selesai di urus, alhamdulillah fikiran Pelangi sudah kini sudah mulai tenang, tinggal menunggu hari H nya saja.
Khabar baik ini tak luput disampaikan oleh Pelangi sama kedua orang tuanya yang berada di kampung. Dengan menulis sepucuk surat, khabar wisudanya pelangi sampai ketangan kedua orang tuanya. Mendengar Khabar ini tentunya kedua orang tua Pelangi sangat bahagia dan juga merasa terharu. Sambil mata berkaca-kaca.
"Pak...aku baru saja membaca surat dari anak kita Pelangi, katanya dia sudah mau wisuda pak".
"Alhamdulillah...beneran bu"
"Perasaan baru kemaren ya Pelangi minta kuliyah, eh tau-tau sekarang sudah mau wisuda".
"Iya pak...kita ke Padang ya pak, kita siapkan apa yang mau kita bawa dari sekarang, saya sudah tak sabar pak mau jumpa sama Pelangi".
Setelah membaca surat dari Pelangi, kedua orang tuanya berangkat ke kebun yang tak jauh dari rumahnya. Semua yang ada di kebun dikutip kemudian dibawa pulang. Sebelum sampai di rumah tak lupa ibunya Pelangi mampir ke warung milik tetangga untuk meminta beberapa kardus kosong.
"Assalamualaikum, Bu Ina"
" Wa'alaikum salam, ibunya Pelangi ada apa"
"Ini Bu Ina, boleh saya minta kardus kosongnya bu, soalnya besok saya mau ke Padang".
"Oh iya, boleh-boleh bu. Kebetulan ini lagi banyak kardus yang kosong, emang untuk apa ibu".
Sambil tersenyum.
"Anu Bu Ina, untuk tempat bekal yang mau dibawa ke Padang"
"Oh iya-iya, ini Bu diambil aja berapa perlunya ya"
"Baik Bu Ina, terimakasih banyak ya Bu Ina"
"Iya Bu sama-sama, titip salam ya sama Pelangi".
"Iya Bu Ina nanti disampaikan"
Sekarang beberapa kardus sudah di tangan, saatnya semua bekal yang akan dibawa ke Padang dikumpulkan dalam kardus - kardus itu. Ada cabe, bawang, terong, pisang, timun, jambu, ubi dan lainnya. Setelah semuanya masuk ke dalam kardus, tak lupa kardus-kardus itu diikat dengan kuat agar isinya tidak berceceran di jalan.
Pagi-pagi sekali ayah dan ibunya Pelangi sudah berjalan dari rumah menuju loket. Setibanya di loket semua kardus ditarik dibagasi mobil. Setelah barang-barang itu dirasa aman, barulah ayah dan ibunya duduk dibangku no dua dibelakang sopir.
Tiga hari sebelum hari wisuda, kedua orang tuanya sudah tiba di Padang. Mereka berdua bermalam di kosannya Pelangi. Begitu tiba hari wisuda, yakni pada hari Sabtu, Pelangi dan kedua orang tuanya berangkat ke kampus naik angkot. Sesampainya di kampus mereka menuju ruang wisuda, yang berada di Aula IAIN Imam Bonjol Padang.
Tiba di ruang wisuda itu, Pelangi pun duduk disamping temannya sesuai urutan gladi resik yang telah dilakukan sebelum hari wisuda, sedangkan kedua orang tuanya berada tidak jauh dari Pelangi bergabung dengan orang tua teman-temannya yang lain. Dengan gembira bercampur rasa haru yang mendalam kedua orang tuanya mengikuti jalannya wisuda dengan sabar dan tenang, sampai akhirnya tersebut nama Pelangi untuk naik ke atas pentas sembari menerima Ijazah.
Setelah acara wisuda selesai mereka pun kembali ketempat kosnya Pelangi. Satu malam telah berlalu, keesokan harinya yakni hari Minggu, kedua orang tuanya Pelangi kembali pulang ke kampung halaman, akan tetapi Pelangi tidak ikut karena dia sudah bekerja yakni sebagai guru MDA dibeberapa tempat di Kota Padang. Sebelum pulang ke kampung, tak lupa ibunya pelangi berkata.
"Pelangi kamu jangan lama-lama baru pulang ya, lihat-lihat jua nanti kami ke kampung",
"iya Bu"
Kemudian pelangi mengantar kedua orang tuanya menuju loket. Sampai di sana mobil sudahau berjala. Untung saja Pelangi dan ayahnya segera datang. Ayah dan ibunya Pelangi bergegas naik ke atas mobil. Sesaat kemudian mobil itu melaju meninggalkan kota Padang. Satu Minggu sudah berlalu.
Namun mujur tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, setelah satu minggu dari kepulangan orang tuanya Pelangi ke kampung halaman. Tiba-tiba pagi itu pelagi dapat telp dari kampung.
" Halo Assalamualaikum"
" Wa Alaikum salam"
"Pelangi ini Om Burhan, kamu segera pulang ya bersama kakakmu, harus sampai sebelum Zhuhur, karena ada keluarga kita yang meninggal"
"Om.. sia..tiiiiit..."
Telponpun mati seketika tanpa bisa bertanya entah siapa yang meninggal.
Yang jelas mereka harus sampai ke kampung sebelum sholat zhuhur. Karena ada salah seorang keluarganya yang meninggal dunia. Anehnya orang yang nelp tidak bilang itu siapa, tlp pun dimatikan.
Dengan perasaan yang sangat galau Pelangi mengabari kakaknya yang lagi didikan subuh di masjid yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Kakaknya pun kaget dan segera mengakhiri acara didikan subuh. Mereka bergegas pulang untuk mengemas pakaian yang akan dibawa ke kampung. Saat bersiap-siap pulang mereka saling bilang,
"pasti yang ninggal mamak ku itu"
"Bukan mamak ku itu karena mamakku kan sering sakit",
Begitulah sepanjang jalan pembahasan mereka. Setelah barang masuk ke tas, mereka berdua bergegas mencari mobil yang akan berangkat ke Payakumbuh. Alhamdulillah tak pakai lama bus pun datang.mereka segera naik dan duduk di dalam bus dengan rasa tak menentu.
Bus melaju dengan kencang, membuat semua penumpang seakan tahlilan di atasnya. Sesampainya di Payakumbuh mereka berdua bergegas lagi mencari mobil yang akan menuju ke kampung halaman. Tak menunggu lama bus pun datang, dan mereka segera naik ke atas bus itu.
Beberapa waktu berjalan sampailah mereka di kampung. Pelangi melihat sepanjang jalan penuh dengan para pelayat yang sangat ramai. Pelangi bingung sebenarnya siapa yang meninggal. Saat mau masuk ke rumahnya yang sudah penuh dengan para pelayat tiba-tiba tangannya Pelangi ditarik oleh seseorang dan dia di tuntun untuk masuk ke rumah kakaknya yang ada disamping rumahnya Pelangi. Pelangi pun ikut dengan orang tersebut.
Sampai di depan pintu pelangi tertegun. Dia memandang ke sekeliling rumah. Di sana dia melihat ibu kakaknya masih ada, ayahnya masih ada, abangnya masih ada, semua saudara sepupunya juga masih ada. Barulah disaat itu Pelangi sadar bahwa yang meninggal itu ternyata ibunya.
Ratap tangis Pelangi pun pecah, semua pelayat ikut menangis haru melihat keadaan Pelangi yang sudah lemas tak berdaya dan menangis sesegukan. Perlahan-lahan Pelangi menghampiri jenazah ibunya sambil tetapenangis.
"Ibu...ibu...kenapa engkau pergi secepat ini bu...baru saja kita semalam bersama sekarang engkau sudah tiada".
Pelangi membuka tutup muka ibunya dan mencium ibunya berkali-kali dengan air mata uang terus mengalir. Dia tak peduli air matanya jatuh ke pipi ibunya. Kemudian Pelangi memeluk ibunya dan tidur disamping ibunya. Semua pelayat tak kuasa menahan air mata melihat suasana itu.
Rasa pilu yang menghimpit Pelangi seakan terasa sama semua pelayat yang ada. Saat itu seakan semuanya enggan untuk beranjak. Setelah tangisnya Pelangi reda barulah pelayat bersiap-siap untuk memandikan jenazah.
Pelangi dan semua saudara sepupunya ikut serta memandikan jenazah ibunya begitu juga dengan abangnya Pelangi yang bernama Yunis. Setelah jenazah ibunya selesai dimandikan kemudian dikafani dan di shalatkan di mesjid yang dekat dari rumahnya. Alhamdulillah mesjid itu penuh dengan para jamaah yang datang. Setelah jenazah ibunya Pelangi selesai di shalatkan maka jenazah dibawa ke pemakaman umum yang berada di atas bukit yang dekat dari mesjid.
Pelangi ikut mengiringi jenazah ibunya dari belakang, sampai ke liang kubur. Saat jenazah mau dimasukkan ke liang lahat, kembali Pelangi meraung.
"Ibu...jangan tinggalkan Pelangi ibu, aku sayang sama ibu"
kemudian abangnya Pelangi menghampirinya.
"Sudahlah dek ibu kita sudah tiada ikhlaskan kepergiannya semoga nanti kita bisa berjumpa dan berkumpul lagi di syurganya Allah, mari sama-sama kita doakan ibu soga ditempatkan Allah di syurganya"
Abangnya menenangkan Pelangi. Barulah tangisnya Pelangi reda dan tinggal air mata yang tetap mengalir di pipinya.
Setelah selesai pemakan Pelangi pulang dan duduk termenung di tengah rumah sambil menangis. Memang tiada lagi suara tapi air matanya tetap meleleh seakan tak bisa berhenti.
Betapa tidak ibu yang sangat disayanginya kini sudah tiada. Ditambah lagi Khabar dari tetangga bahwa ibunya meninggal di ladang yang jauh dari rumahnya. Itupun dia meninggal secara mendadak tanpa sakit. Cuma karena sakit perut aja kemudian langsung meninggal.
Inilah janji Tuhan pada setiap manusia. Kita tidak tahu dimana kita dilahirkan, dimana kita dibesarkan, dimana kita dimatikan, dengan cara apa dan dengan sebab apa semua sudah ditakdirkan oleh Allah. Manusia tinggal menjalani apa yang telah digariskan Allah. Sedetik kita tidak bisa minta undur dan tidak bisa pula minta dimajukan. Kalau Allah sudah berkehendak apapun bisa terjadi pada detik itu juga.
Seperti halnya dengan kematian ibunya Pelangi yang satu orangpun tiada menduga dia bakal meninggal secepat itu. Dia pergi ke ladang dalam keadaan sehat, tau-taunya pulang dalam keadaan sudah wafat. Kini tinggallah Pelangi hidup bertiga bersama ayah dan abangnya. ( Bersambung )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H