Pelangi dan semua saudara sepupunya ikut serta memandikan jenazah ibunya begitu juga dengan abangnya Pelangi yang bernama Yunis. Setelah jenazah ibunya selesai dimandikan kemudian dikafani dan di shalatkan di mesjid yang dekat dari rumahnya. Alhamdulillah mesjid itu penuh dengan para jamaah yang datang. Setelah jenazah ibunya Pelangi selesai di shalatkan maka jenazah dibawa ke pemakaman umum yang berada di atas bukit yang dekat dari mesjid.
Pelangi ikut mengiringi jenazah ibunya dari belakang, sampai ke liang kubur. Saat jenazah mau dimasukkan ke liang lahat, kembali Pelangi meraung.
"Ibu...jangan tinggalkan Pelangi ibu, aku sayang sama ibu"
kemudian abangnya Pelangi menghampirinya.
"Sudahlah dek ibu kita sudah tiada ikhlaskan kepergiannya semoga nanti kita bisa berjumpa dan berkumpul lagi di syurganya Allah, mari sama-sama kita doakan ibu soga ditempatkan Allah di syurganya"
Abangnya menenangkan Pelangi. Barulah tangisnya Pelangi reda dan tinggal air mata yang tetap mengalir di pipinya.
Setelah selesai pemakan Pelangi pulang dan duduk termenung di tengah rumah sambil menangis. Memang tiada lagi suara tapi air matanya tetap meleleh seakan tak bisa berhenti.
Betapa tidak ibu yang sangat disayanginya kini sudah tiada. Ditambah lagi Khabar dari tetangga bahwa ibunya meninggal di ladang yang jauh dari rumahnya. Itupun dia meninggal secara mendadak tanpa sakit. Cuma karena sakit perut aja kemudian langsung meninggal.
Inilah janji Tuhan pada setiap manusia. Kita tidak tahu dimana kita dilahirkan, dimana kita dibesarkan, dimana kita dimatikan, dengan cara apa dan dengan sebab apa semua sudah ditakdirkan oleh Allah. Manusia tinggal menjalani apa yang telah digariskan Allah. Sedetik kita tidak bisa minta undur dan tidak bisa pula minta dimajukan. Kalau Allah sudah berkehendak apapun bisa terjadi pada detik itu juga.
Seperti halnya dengan kematian ibunya Pelangi yang satu orangpun tiada menduga dia bakal meninggal secepat itu. Dia pergi ke ladang dalam keadaan sehat, tau-taunya pulang dalam keadaan sudah wafat. Kini tinggallah Pelangi hidup bertiga bersama ayah dan abangnya. ( Bersambung )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H