Mohon tunggu...
ell miyah
ell miyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahsiswa

halo saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Saudara di Amerika Tahun 1861-1865

3 Juni 2024   21:10 Diperbarui: 3 Juni 2024   21:52 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada masanya perang saudara bergejolak di Benua Amerika yang meletus pada tahun 1861 hingga 1865 dengan berbagai faktor latar belakang yang berkaitan satu sama lain. Pada masa itu terdapat faktor yang menyebabkan terjadinya perang saudara, dimana perbudakan merupakan sebuah faktor utama akibat perang yang telah terjadi. Perbudakan yang tengah terjadi di Benua Amerika ini menimbulkan sebuah pemikiran terkait penghapusan kegiatan perbudakan di benua tersebut. Awal mula sejarah perbudakan yang terjadi di Benua Amerika dimulai pada saat hadirnya koloni inggris yang menduduki benua tersebut selama tahun 1619 hingga 1865. Terdapat sebuah perbedaan pandangan antara para penduduk Amerika di sisi Utara dan Selatan sehingga hal ini menimbulkan sebuah perpecahan yang memberikan sebuah dampak terhadap perang saudara tersebut.

 Isu perbudakan menjadi fokus perdebatan politik yang intens antara wilayah Amerika Utara dan Amerika Selatan. Penentangan orang kulit putih di utara terhadap perbudakan antara lain didasarkan pada fakta bahwa perbudakan terhadap sesama warga negara mereka jelas-jelas bertentangan dengan Declaration of Independence. Semua hak asasi manusia mempunyai hak yang sama atas pendidikan, kehidupan politik dan ekonomi. Demikian pula hak atas kebebasan berkumpul dan kebebasan berekspresi. Maka dari itu, banyak yang menyebutkan bahwa Amerika bagian Utara disebut sebagai "negara yang bebas" dan berbeda dari Amerika bagian Selatan yang disebut sebagai wilayah bagi para budak. Perbedaan antara kualitas wilayah Utara dan Selatan yang membuat wilayah Amerika Selatan cenderung tertinggal atau mereka lebih terbelakang sehingga perbudakan menjadi sebuah sumber bagi perekonomian wilayah tersebut.

Negara-negara yang terdapat di wilayah Amerika Utara cenderung mendukung perjuangan untuk membebaskan budak, mereka mempunyai kecenderungan politik yang jelas, serta berkeinginan untuk mempertahankan bentuk pemerintahan union. Mereka ingin menggunakan suara politik dari ras negro untuk membantu pemerintahan di wilayah Utara demi mencapai tujuan politik mereka. Sedangkan penduduk ras kulit putih wilayah Amerika Selatan lebih menyukai bentuk pemerintahan Konfederasi. Negara-negara bagian di utara berusaha menggunakan suara orang kulit hitam untuk mendapatkan pengaruh atas kapitalis industri yang menduduki kursi di Dewan Perwakilan Rakyat. Kebanyakan orang kulit putih di Selatan mempertahankan dan mendukung beberapa bentuk perbudakan. Mereka berpendapat bahwa meskipun negara bagian di Selatan melindungi perbudakan, sebenarnya lebih mudah bagi orang kulit hitam untuk bekerja di perkebunan dibandingkan tinggal di Utara. Mereka percaya bahwa budak yang bekerja di perkebunan memiliki kondisi kehidupan yang lebih baik dibandingkan kebebasan yang diberikan oleh orang kulit putih kepada orang kulit hitam di Utara.

Terdapat beberapa gerakan antara pendukung perbudakan dan penentang adanya perbudakan yang terjadi di Benua Amerika terutama di wilayah Utara dan Selatan yang dimana mereka mengutarakan beberapa pendapat. Tokoh tokoh penunjang gerakan abolisi yang berasal dari Utara seperti Lloyd Garrison, William Ellery Channing, James G. Bierny, Samuel May, dan Beriah Green. Sedangkan terdapat tokoh-tokoh yang menyuarakan pendapat mereka tentang dukungan terhadap adanya perbudakan dari kalangan bangsawan, pendeta, pengarang, dan kaum intelektual yang berasal dari wilayah Selatan. Pendapat yang telah diucapkan oleh penentang perbudakan ini memunculkan anggapan bahwa masyarakat di Amerika Utara mengecam keras perbudakan dan tidak menerimanya karena bertentangan dengan pemahaman mereka yang menganut ideologi kebebasan. Namun di sisi lain, negara-negara Amerika Selatan sama sekali tidak sependapat dengan pandangan masyarakat Amerika Utara yang mengutuk keras perbudakan, karena perbudakan penting di Amerika Selatan. Bagi masyarakat yang berada di wilayah selatan fenomena perbudakan itu sendiri sudah ada sejak tahun 1850, serta jelas tugas mereka hanya mengajari para budak untuk berbahasa Inggris dan membentuk perwakilan dari kamu budak tersebut.

 Seorang tokoh berpengaruh yang berasal dari negara Amerika wilayah Utara yaitu Abraham Lincoln sangat memiliki ambisi untuk menjabat sebagai kepala negara ataupun presiden Amerika pada saat itu. Abraham Lincoln menginginkan negara Amerika menjadi negara yang menganut paham kebebasan dan menghapuskan fenomena perbudakan yang terjadi khususnya perbudakan yang terjadi di wilayah Amerika bagian selatan.

Penyebab perang saudara di Amerika 

Sebelum perang, wilayah Utara dan Selatan telah terpecah selama beberapa dekade karena masalah perbudakan. Masalah perbudakan menjadi salah satu factor penyebab meletusnya Perang Saudara di Amerika Amerika Seikat (1861-1865) Masalah perbudakan telah menjadi pusat perdebatan politik yang sengit di antara kedua wilayah tersebut. Orang kulit putih di Utara menentang perbudakan dengan menggunakan berbagai alasan, termasuk bahwa perbudakan bertentangan dengan Declaration of Independence yang menyatakan bahwa semua manusia memiliki hak yang sama dalam pendidikan, politik, dan kehidupan ekonomi, serta hak kemerdekaan untuk berkumpul dan menyampaikan pendapat. Perbedaan sikap terhadap perbudakan di kedua wilayah tersebut secara mendasar terkait dengan kepentingan politik dan ekonomi setempat. Di wilayah Utara, akan disajikan berbagai alasan yang mendukung penentangan terhadap perbudakan, sementara di wilayah Selatan, sistem perbudakan dipertahankan karena telah berlangsung selama dua setengah abad.

 Upaya seperti Kompromi Missouri dan Kompromi tahun 1850 telah gagal menyelesaikan perselisihan ini. Perekonomian Selatan sangat bergantung pada pertanian perkebunan, dengan budak Afrika-Amerika melakukan sebagian besar pekerjaan, sementara perekonomian negara-negara Utara lebih didukung oleh sektor manufaktur. Pada tahun 1850-an, gerakan abolisionisme tumbuh di Utara, menimbulkan kekhawatiran di Selatan bahwa pemerintah federal akan mencoba mengakhiri perbudakan. Negara-negara bagian Selatan meyakini bahwa pemerintah AS tidak memiliki wewenang untuk menentukan apakah perbudakan harus diizinkan di suatu negara bagian. Kemenangan Abraham Lincoln, seorang kandidat Partai Republik yang jelas-jelas menentang perbudakan, dalam pemilihan presiden tahun 1860, menegaskan ketegangan antara Utara dan Selatan. Terpilihnya Abraham Lincoln, anggota Partai Republik yang anti perbudakan, sebagai presiden pada 1860 memicu pemisahan diri 11 negara bagian Selatan, yang menyebabkan perang saudara.

 Konflik antara Utara dan Selatan tidak hanya berkaitan dengan perbudakan, tetapi juga melibatkan isu hak-hak negara bagian. Pandangan para negarawan Utara menegaskan pentingnya mempertahankan bentuk pemerintahan Union, sementara Perselisihan mengenai penafsiran hak negara bagian dalam konstitusi telah terjadi sejak lama, antara Golongan Federal yang dipimpin oleh Alexander Hamilton, dan Golongan Anti Federal yang dipimpin oleh Thomas Jefferson dan William Randolph. Perbedaan pandangan ini mencerminkan ketegangan antara gagasan Perserikatan yang dianggap final oleh Utara dan gagasan Perserikatan yang bersifat sukarela menurut pandangan Selatan. Konflik ini semakin memanas menjelang Perang Saudara (1861-1865), ketika Selatan mengancam untuk keluar dari Perserikatan jika kepentingan negara bagian mereka diabaikan atau dirugikan. Meskipun konflik ini mencerminkan perbedaan filosofi politik antara Utara dan Selatan sejak pendirian negara Amerika, perang tersebut akhirnya meletus karena pertentangan yang tak terpecahkan mengenai hak-hak negara bagian dan perbudakan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun