Ilustrasi tersebut hanya menggambarkan hubungan antara sinetron dengan performa finansial emiten TV. Semakin tinggi rating sinetron, semakin tinggi bargaining power di mata pengiklan. Disisi lain, belanja iklan selama pandemic tumbuh sebesar 72% dan semakin memperkuat posisi TV sebagai media iklan (wartaekonomi, 26/08/2020)[14].
Peluang besar ini tentu akan sangat dimanfaatkan oleh emiten TV untuk mengambil kue iklan ini melalui sinetron. Rating dan Share digunakan oleh pemilik channel untuk menentukan harga slot iklan, semakin banyak penonton, semakin tinggi harga iklan. Oleh karena itu hasil hitungan Nielsen akan sangat ditunggu dan dijadikan dasar pengambilan keputusan mengenai nasib sebuah tayangan.Â
Rangsangan ekonomi dan birahi profit taking  pelaku bisnis entertainment seringkali mengabaikan nilai, etik maupun moralitas yang harus dijunjung tinggi oleh tayangan atau melupakan alur cerita yang makin absurd dan keluar plot dengan memanjangkan episode demi menangguk untung. Pada dasarnya IC adalah produk yang dilahirkan dari pertimbangan financial feasibility yang  juga menempatkan sinetron sebagai sebuah karya seni.Â
Pihak manajemen  memfasilitasi kepentingan sineas untuk berkreasi, namun sebaliknya, sineas pun harus  memfasilitasi kepentingan manajemen ketika hadirnya spin off plot (atau apapun namanya) dengan penambahan plot untuk pemeran pendukung.  Berbeda dengan layar lebar yang membuat project baru untuk memfasilitasi cerita spin off, sinetron menaruh plot tersebut di tengah produksi.Â
Contoh di IC bisa dilihat dengan plot yang diciptakan untuk cerita "Putra Kidul" dengan menciptakan plot bagi tokoh Rendy-Kiki-Bu Mayang. Nasib plot sempalan ini akan sangat ditentukan oleh survey Nielsen yang memberikan daily report.Â
IC sekarang menemukan the new uwu couple antara tokoh Angga dan Michele yang bisa memperpanjang episode dan sedikit melupakan plot utama yang harus digarap. Bahkan untuk kepentingan ini, tokoh Angga harus convert dari peran kriminal menjadi mantan preman bucin. Â IC Berjaya karena kesepahaman antara Manajemen-Sineas, Money vs Seni, Pragmatis vs Idealis.
5. Â IC adalah Sinetron berbasis Budaya Timur. Indonesia adalah negara yang memiliki budaya timur yang penuh dengan sopan santun, adab, etika serta agama menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. IC mampu menarik perhatian karena mampu menampilkan adegan yang berada dalam koridor adat istiadat dan budaya Timur. Â
Romantisme divisualkan lewat gesture dan adegan yang terjaga, tidak ada adegan vulgar. IC sangat memperhatikan detail adegan untuk menciptakan efek baper penonton. Penggunaan symbol-simbol/ ritual keagamaan dalam beberepa scene.Â
IC menggambarkan tokoh sebagai muslim yang taat menjalankan ibadah sholat. Faktor ini menjadi salah satu daya tarik bagi penonton  yang merasa terwakili dan menjadikan tokoh  seakan menjadi gambaran ideal muslim yang baik.  IC membawa cerita yang lekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia.Â
IC momentum kebangkitan Sinetron Indonesia
Keberhasilan IC untuk menarik perhatian pemirsa dengan direfleksikan pada capaian rating dan share menjadi indikator kuat bahwa IC Â menciptakan milestone dalam sejarah sinetron tanah air. Keberhasilan IC memberi lesson learned bagi banyak entitas entertainment di Indonesia.Â