MNC menyadari betul peta kekuatan  IC dan menakar kelemahan competitor. MNC take a risk dengan mengambil pemain di luar gambaran idola bintang sinetron versi masyarakat awam, namun, sebagai gantinya, IC memberikan pemain bukan kaleng-kaleng, dilihat dari track record , Cast Ikatan Cinta bukan pelakon kelas receh.Â
Sekarang, mari kita lihat dari segi penonton. Penonton sinetron tidak bisa dibandingkan dengan movie goers, kedua kelompok sama sekali tidak apple to apple. Penonton sinetron adalah public yang berasal dari strata heterogen. Survey menunjukan bahwa penonton sinetron berasal dari kelas B dan C, dengan komposisi kelas C mencapai 51% (Nielsen, 2010)[5].Â
Kelas ini lah yang voracious melahap sinetron apapun yang disajikan oleh Channel TV, tanpa melihat kualitas tayangan apalagi kualitas pemain. Sinetron adalah tayangan free of charge, oleh karena itu sinetron menjadi hiburan utama bagi kelompok ini. Sementara, kelas A adalah kelompok yang memiliki kemampuan untuk memilih tayangan sesuai dengan selera  (Wardhana, 2016)[6]. Â
Dan kelompok inilah yang belum digarap dengan baik oleh produsen tayangan hiduran. Movie goers dan kelas A, mereka ini pastinya bukan penonton yang rela duduk diam manis depan TV untuk menunggu tayangan yang sama sekali tidak menarik minat mereka. Tetapi masuknya Arya Saloka dan Surya Saputra dan penggunaan properties mewah di IC membuat segmen target IC menjadi lebih lebar.Â
Selain itu, penonton fanatic Drakor adalah penonton potensial yang selama ini terlupakan, padahal demand Drakor semakin hari semakin tinggi. Rendahnya kualitas sinetron yang ada, cerita yang absurd, kualitas pemain yang cuma segitu doang, episode yang panjangnya minta ampun. Â
Namun sebaliknya, Drakor memiliki kelebihan di:  sinematografi kelas dunia, alur cerita yang menarik,  visual yang indah, OST yang easy listening,  fashion pemain, adegan romantis yang bikin baper serta durasi pendek menjadikan Drakor lebih menarik daripada Sinetron  (Kompas, 30/05/2020[7], Wolipop 25/10/2020[8]).Â
Merujuk pada wawancara Ayya Renita oleh Boy William yang menyatakan bahwa perannya sebagai Mis Kiki membuat AR disapa di Plaza Indonesia oleh Ibu-ibu yang menenteng tas LV dan Hermes,.menjadi  indicator kuat bahwa IC telah menembus segmen pasar kelas A+ [9].Â
Melihat raihan IC yang beyond the limit, sepertinya IC berhasil melakukan hattrick, untuk 1) merebut kelas B-C dari channel lain untuk berpindah ke IC 2) Merambah pasar ke kelas A untuk mengubah non sinetron lovers menjadi new-born sinetron audience. Â 3) menjadikan IC sebagai alternatif tayangan selain Drakor. Cast IC berasal dari lintas generasi, lintas segmen dan lintas genre.
3. Â Penjiwaan Pemain. Casting IC yang memang pekerja seni, membuahkan hasil yang mengagumkan. Apresiasi untuk pemeran utama yang mampu memvisualkan tokoh dengan outstanding.Â
Arya Saloka yang rajin bermain di banyak FTV, Â film pendek , kemudian berperan dalam film besar di bawah arahan sutradara hebat. Kematangan berakting AS, tidak perlu dipertanyakan, bermain berbagai peran, apakah sebagai pemuda petakilan (FTV, Sinetron), mahasiswa cool yang akan kuliah di New Zealand (Purnama di Terminal 3) atau peran utamanya di film 'Menunggu Pagi'.Â
Sembilan tahun berkiprah berhasil mencetak seorang AS sebagai pemain watak yang patut diperhatikan, "Bermain dengan hati' (wawancara AS di beberapa media) , konsistensi dan persistensi telah mendorong AS semakin dikenal sekaligus menjadi pengungkit IC sebagai mega sinetron.Â