Mohon tunggu...
Ella Kumala Dewi
Ella Kumala Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca adalah salah satu hobi saya dan menulis adalah salah satu cara saya mengekspresikan diri sendiri. Menjadikan diri saya menikmati berkreasi melalui tulisan dapat membantu saya menjadi pribadi yang lebih berwawasan lewat tulisan dan literasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keunikan Individu Gordon Willard Allport

14 Juli 2024   22:03 Diperbarui: 14 Juli 2024   22:42 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://immrestorasi.wordpress.com/2018/08/14/gordon-allport/

Keunikan Individu Profesor Gordon Willard Allport

Lahir di Montezuma, Indiana pada tanggal 11 November 1897. Gordon Willard Allport seorang psikolog yang meraih gelar doktor psikologi di Harvard pada tahun 1922. Menurutnya manusia normal adalah makhluk yang rasional yang diatur terutama oleh tujuan kesadarannya yang berakar dimasa kini dan masa yang akan datang, bukan di masa lalu. Prinsip dasar tingkah laku adalah terus menerus bergerak mengalir. Karenanya konsep utamanya adalah menyangkut motivasi, yang membuat orang bergerak.

Menurut Allport kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisik individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya. Definisi kepribadian memiliki 3 unsur pokok:

1.Dynamic Organization (merangkum dua pengertian) : kepribadian terus menerus berkembang dan berubah dan didalam diri individu ada pusatt oranisasi yan mewadahi semua komponen kepribadian menghubungkan satu dengan lainnya.

2.Psychophysical Systems : kepribadian bukan hanya konstruk hipotetik tetapi merupakan fenomena nyata yang merangkum elemen mental dan neural, disatukan ke dalam unitas kepribadian.

3.Determine : kepribadian adlah sesuatu dan mengerjakan sesuatu, bukan sekedar konsep yang menjelaskan tingkah laku orang tetapi bagian dari individu yang berperan akti dalam tingkah laku orang itu.

A. STRUKTUR KEPRIBADIAN

1. Sifat (Trait)

 Trait adalah predisposisi untuk merespon secara sama kelompok stimuli yang mirip, suatu struktur neuropsikik yang memiliki kemampuan untuk menjadikan banyak stimuli berfungsi ekuivalen, dan memulai serta membimbing bentuk-bentuk tingkah laku yang adaptif dan ekspresif. Jadi, trait sebagai struktur neuropsikik membimbing orang untuk bertingkahlaku yang konsisten lintas waktu dan tempat, merespon secara sama kelompok stimuli yang mirip. Allport menjelaskan sifat-sifat yang terpenting dari trait, sebagai berikut: 

a. Nyata: trait itu bukan konsep abstrak tetapi obyek nyata, yakni struktur neuropsikis. 

b. Membuat banyak stimuli berfungsi ekuivalen

 c. Mengubah/menentukan tingkah laku

 d. Empirik: trait dapat disimpulkan melalui berbagai pembuktian empirik.

e. Kemandirian yang relatif: trait dapat dikenali bukan dari kemandiriannya yang kaku, tetapi dari kecenderungannya di seputar operasi pengaruhnya.

Allport membedakan antara trait umum (common trait disebut juga nomothetic trait); dengan trait individual (individual traits disebut juga personal disposition atau morphological traits atau idiographic traits):

* Trait Umum: Adalah sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh banyak orang, dipakai untuk membandingkan orang dari latar budaya yang berbeda.

* Traits Individual: Merupakan manifestasi trait umum pada diri seseorang, sehingga selalu unik bagi orang itu, konstruk neuropsikik yang membimbing, mengarahkan, dan memotivasi tingkah laku penyesuaian yang khas.

Ada pula yang hanya mempengaruhi tingkah laku tertentu saja. Ada tiga tingkatan disposisi: 

1. Disposisi Kardinal (cardinal disposition): 

Sifat luar biasa khas yang hanya dimiliki sedikit orang, sifat yang sangat berperan dan mendominasi keseluruhan hidupnya.

2. Disposisi Sentral (central disposition):

 Kecenderungan sifat yang menjadi ciri seseorang, yang menjadi titik pusat tingkah lakunya. 

3. Disposisi Sekunder (secondary disposition): 

Adalah trait yang semakin tidak umum, dan kurang penting untuk menggambarkan kepribadian. 

 2. Traits-Habit-Atitud 

Allport secara cermat membedakan penggunaan istilah trait-attitude-habit type yang dalam kehidupan sehari-hari dianggap sinonim.

a. Sifat (Trait) adalah predisposisi untuk merespon secara sama kelompok stimuli yang mirip, penentu kecenderungan yang bersifat umum

b. Kebiasaan (Habit) seperti traits tetapi sebagai penentu kecenderungan habit bersifat khusus, hanya dipakai untuk merespon satu situasi atau stimulus dan pengulangan dari situasi atau stimulus itu. 

c. Sikap (Attitude) lebih umum dibanding habit tetapi kurang umum dibanding trait. 

d. Tipe (Type) adalah kategori nomotetik, dan konsep yang jauh lebih luas dibanding tiga konsep di atas. Sebagai suatu kategori, tipe akan mengelompokkan manusia menjadi beberapa jenis atau model tingkahlaku.

3. Trait dan Konsistensi Pribadi 

Trait dimiliki seseorang melalui kerjasama antara aspek-aspek keturunan dengan aspek lingkungan-belajar. Ketika suatu trait sudah menjadi bagian dari kepribadian seseorang, maka traits itu akan menjadi penentu model respon terhadap stimulus yang mirip. Trait membuat tingkahlaku orang menjadi konsisten, karena memakai pola sesuai dengan trait yang dimilikinya.

4. Proprium (Proprius [latin] = Milik)

Pengertian proprium ini mencakup semua aspek kepribadian yang menimbulkan kehidupan emosional individu menjadi berbeda-beda, membuat kehidupan diri menjadi terpisah dari orang lain, dan menciptakan unitas dari sikap, persepsi, dan tujuan hidup seseorang Sebelum proprium muncul-berkembang, tidak ada kesadaran diri. 

Ada delapan aspek proprium yang kemudian berkembang bertahap mulai bayi sampai dewasa, sebagai berikut:

Usia 0-3 tahun, berkembang 3 aspek proprium:

1) Aspek diri fisik (sense of bodily self); muncul kesadaran tentang fisik, "ini tanganku, ini jariku," yang tampak dari usaha untuk memanipulasinya secara sengaja.

2) Aspek identitas diri yang berkesinambungan (sense of continuing self identity); Anak menyadari bahwa dirinya tetap orang yang sama walaupun terus berubah-berkembang. Ditandai dengan mengenal "nama diri" sebagai identitas utama.

3) Aspek bangga diri (self esteem atau pride); mengembangkan perasaan bangga dengan kemampuan diri sendiri. Anak berjuang menjadi awal atau penyebab dari sesuatu, permainan membangun (atau merusak), eksplorasi terhadap lingkungan.

Usia 4-6 tahun muncul dua aspek proprium:

4) Aspek perluasan diri (extension of self), anak mulai menyadari keberadaan objek dan orang lain dan mengidentifikasi obyek-obyek yang menjadi bagian. milik mereka. Anak mulai berbicara tentang "mainanku, ayahku, sekolahku," dll.

5) Aspek gambaran diri (self image); mencakup pandangan aktual dan ideal mengenai diri sendiri, bagaimana anak memandang diri sendiri dan harapannya mengenai bagaimana seharusnya dirinya. Pandangan aktual dan ideal ini berkembang melalui interaksi dengan orang tuanya, yang membuat anak menjadi sadar mengenai apa yang menjadi harapannya dan tingkahlaku yang memenuhi harapan dan memberi kepuasan (atau tidak memenuhi harapan sehingga tidak memberi kepuasan).

Usia 6-12 tahun:

6) Aspek penguasaan rasional (self as rational coper); muncul sesudah anak menyadari dia memiliki kemampuan berpikit rasional yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah. Anak menyadari dirinya dapat menangani masalah secara rasional dan logis.

Usia remaja

7) Aspek berusaha memiliki (propriate striving): yang mencakup tujuan jangka panjang (intention, long-range purpose, & distant goal). Ini merijadi tahap akhir, yakni kesadaran eksistensi diri dalam tujuan atau pencapaian jangka panjang. Pandangannya mengarah ke masa depan, dan untuk itu dia menyusun rencana-rencana. Menurut Allport, baru ketika orang dapat membuat rencana berjangka panjang, bangunan self menjadi lengkap.

Usia dewasa

8) Diri sebagai si tahu (self as knower): Totalitas dari semua 7 aspek yang terdahulu, kesadaran tentang diri sendiri.

Kebiasaan, ketrampilan, kerangka pandangan, nilai-nilai kultural dan hal-hal faktual yang kurang penting dalam mengorganisir sifat-sifat diri yang unik, berada di lapisan permukaan kepribadian. Misalnya;

a. Dorongan dan kebutuhan dasar yang terus menerus dihadapi dan menuntut kepuasan.

b. Ekspresi budaya, seperti memberi salam "selamat pagi," memakai pakaian, dan mengendarai mobil di sisi kiri jalan. 

c. Kebiasaan, seperti gosok gigi atau merokok yang dilakukan secara otomatis.

B. Motivasi

Dua ciri teori motivasi dari Allport adalah penolakannya terhadap masa lalu sebagai elemen penting motivasi dan pendapatnya yang kuat mengenai pentingnya proses kognitif seperti tujuan (intention) dan rencana (planning) dari motivasi orang dewasa. 

Menurut Maslow, motivasi harus difahami dengan dasar sifat-sifat motivasi berikut:

*Kontemporer (kekinian), hal masa lalu bisa menjadi motivasi hanya kalau kini juga menjadi kekuatan pendorong. Pluralistik (kompleks), tidak dapat disederhanakan menjadi beberapa drive seperti mencari kenikmatan, mengurangi tegangan, atau kekuatan- rasa aman)

*Melibatkan proses kognitif: membuat perencanaan tujuan secara sadar.

*Kongkrit dan nyata: dibatasi secara kongkrit, bukan sesuatu yang abstrak.

1. Otonomi Fungsional

Otonomi fungsional (Functional Otonomy) memandang motif-motif orang dewasa beranekaragam, mandiri sebagai sistem kontemporer, berkembang dari sistem anteseden tetapi secara fungsional tidak tergantung kepada sistem itu.

Menurut Allport, ada dua tingkat otonomi fungsional;

a. Otonomi fungsional terbiasa (perseverative functional autonomy) seperti adiksi, perbuatan yang diulang-ulang, dan hal yang rutin. 

b. Otonomi fungsional propriate (Propriate functional autonomy) seperti minat yang dipelajari, nilai-nilai, sentimen, tujuan, motif-motif pokok, disposisi pribadi, gambaran diri dan gaya hidup. Bahan utama dari organisasi propriate ini adalah "perasaan diri bertanggung jawab terhadap kehidupan sendiri."

2. Tingkahlaku yang Bukan Otonomi Fungsional

Tidak semua tingkahlaku dapat dijelaskan memakai konsep otonomi fungsional. Allport mengemukakan ada 8 jenis tingkah laku yang tidak di bawah kontrol motif otonomi fungsional, yakni;

a. Tingkah laku yang muncul dari dorongan biologis : makan, minum, tidur, bernafas, dll.

b. Refleks : mengedip, mengangkat lutut, proses pencernakan, dll.

C. Peralatan konstitusi : kecerdasan, bentuk tubuh, temperamen, kesehatan.

d. Habit : beberapa habit termasuk otonomi fungsional, lainnya tidak ada motivasi sama sekali.

e. Tingkah laku yang tergantung kepada penguat primer (primary reinforcement)

 f. Motif yang terkait langsung dengan usaha mereduksi dorongan dasar

g. Tingkah laku non produktif: kompulsi, fiksasi, dan regresi.

h. Sublimasi: kalau motif yang asli disublimasikan ke motif yang lain.

3. Prinsip-Prinsip Otonomi Propriate

Otonomi fungsional propriate dapat diperjelas dengan memahami prinsip- prinsip kerjanya. Menurut Allport otonomi propriate berfungsi dengan memakai tiga prinsip kerja:

a. Mengorganisir tingkat enerji (organizing energy level): Prinsip ini tidak menjelaskan bagaimana motif berkembang, atau tertransformasi dari motif yang mendahuluinya. Motif baru atau motif lama yang laten, muncul kepermukaan karena dibutuhkan untuk membantu mengkonsumsi enerji, agar enerji itu tidak dipakai untuk hal-hal yang membahayakan atau merusak. 

b. Penguasaan dan kompetensi (mastery dan competence): otonomi propriate mendorong orang mencapai tingkat tertinggi dalam memuaskan motifnya. 

c. Pola propriate (propriate patterning): Motif-motif propriate tidak saling terpisah satu dengan yang lain.

4. Hubungan Antara Otonomi Fungsional dengan Motivasi Lalu

Proprium tempat beradanya motivasi dan otonomi fungsional adalah fenomena yang berkembang, sehingga mengesankan motivasi juga berhubungan dengan masa lalu. 

5. Motivasi Sadar dan Taksadar

 Allport menekankan pentingnya motivasi sadar, lebih dari pakar kepribadian lainnya. Individu yang sehat, kesadarannya mengontrol tingkah lakunya. Tingkah laku yang normal itu fungsional otonom dan dimotivasi melalui proses sadar, terpisah dari motivasi tak sadar sekaligus memiliki pemicu tingkah laku sendiri. Secara psikologis orang dewasa yang masak dan sehat sebagian besar tingkah lakunya dimotivasi oleh fikiran sadar, sehingga peran poses tak sadar dalam tingkah laku sangat kecil.

C. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Orang mungkin bisa mengatakan Allport menawarkan dua teori terpisah mengenai kepribadian: teori pertama adalah teori motivasi model sederhana, biologik, peredaan ketegangan, cocok untuk menjelaskan tingkah laku bayi. Teori kedua adalah model yang lebih kompleks, dibutuhkan untuk menjelaskan tingkah laku orang dewasa. 

Alasan tingkah laku orang dewasa berbeda total dengan alasan tingkah laku bayi.

1. Perkembangan Masa Bayi

Allport memandang bayi yang baru lahir sebagai makhluk hereditas, primitive drive, dan reflex behavior. Bayi tidak mempunyai kepribadian. Bayi membawa potensi tertentu, seperti fisik dan temperamen, tetapi pemenuhan potensi ini menunggu pertumbuhan dan maturasi. 

2. Perkembangan Masa Dewasa

Penentu utama tingkah laku dewasa yang masak adalah seperangkat sifat (trait) yang terorganisir dan seimbang, yang mengawali dan membimbing tingkah laku sesuai dengan prinsip otonomi fungsional.

3. Kualitas Kepribadian yang Masak

Tidak semua orang dewasa mencapai maturitas sepenuhnya.

Allport lebih tertarik dengan tingkahlaku normal alih-alih tingkahlaku neurotik, dan mengusulkan beberapa penanda kualitas kemasakan kepribadian berikut;

a. Perluasan perasaan diri (Extension of the sense of self): Kemampuan untuk berpartisipasi dan menyenangi rentang aktivitas uang luas, kemampuan mengidentifikasikan diri dan interesnya terhadap orang lain dan interes orang lain kepadanya, kemampuan masuk ke masa depan, berharap dan merencanakan.

b. Mengakrabkan diri dengan orang Lain (Warm relating of self to others): kemampuan bersahabat dan kasih sayang, keintiman yang melibatkan hubungan cinta dengan keluarga dan teman, kasih sayang yang diekspresikan dalam menghormati dan menghargai hubungannya dengan orang lain.

c. Keamanan emosional, penerimaan diri (Emotional security, self acceptance): Kemampuan menghindari aksi berlebihan terhadap masalah yang menyinggung dorongan spesifik (misalnya menerima dorongan seks memuaskan sebaik mungkintidak menghalangi tetapi juga tidak membiarkan bebas) dan mentoleransi frustrasi, perasaan seimbang.

d. Persepsi, ketrampilan, tugas yang realistis (Realistic perceptions, skills, assignment): Kemampuan memandang orang, obyek, dan situasi seperti apa adanya, kemampuan dan minat memecahkan masalah, memiliki ketrampilan yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang dipilihnya, dapat memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupan tanpa rasa panik, rendah diri, atau tingkahlaku destruksi lainnya.

e. Objektifikasi diri: insight dan humor (Self objectivication: insight and humor): Kemampuan untuk memandang secara objektif diri sendiri dan orang lain. Orang membutuhkan insight pemahaman yang mendalam mengenai diri sendiri dan orang lain. Orang juga membutuhkan humor menemukan sesuatu yang menyenangkan dan mentertawakan di dunia, menghubungkan temuannya secara positif dengan dirinya sendiri dan orang lain pada saat yang sama melihat ketidak teraturan dan kekacauan pada dirinya dan orang lain.

f. Menyatukan filsafat hidup (Unifying phylosophy of life): Seharusnya ada latar belakang alur keseriusan yang lengkap yang memberi tujuan dan makna kepada apapun yang dilakukan orang. Agama adalah salah satu sumber terpenting dari filosofi semacam itu, walaupun bukan satu-satunya.

D. APLIKASI

1. Pendekatan Morfogenik

Ada 11 metoda yang menurutnya memenuhi legitimasi validiatas dan reliabilitas, semuanya mengacu kepada metoda utama ilmu pengetahuan, yakni pengamatan diikuti dengan interpretasi (observation followed by interpretation). Metoda-metoda yang dimaksud adalah:

*Diagnosis konstitusi dan fisiologi.

*Penelitian keanggotaan, status, dan peran sosiokultural.

*Dokumen pribadi dan studi kasus,

*Teknik menilai diri.

*Sampling tingkahlaku.

*Rating pengamat.

*Tes dan skala kepribadian.

*Tes projektif.

*Analisis dalam: asosiasi bebas dan analisis mimpi.

*Pengukuran ekspresi tingkahlaku.

*Prosedur sinaptik: mengkombinasikan berbagai teknik asesmen.

Metoda-metoda yang dipakai dalam pendekatan morfogenik murni adalah:

1.Catatan verbatim dari; wawancara, laporan mimpi, dan pengakuan perbuatan. 

2.Buku harian dan surat-surat.

3.Kuesioner dan skala kepribadian dan tes projeksi.

4.Dokumen ekspresi diri: karangan, lukisan, corat-coret, tandatangan, lenggang jalan, otobiografi.

5.Jabatan tangan, pola suara, tampang.

6.Tes standar dan skala penilaian diri yang mengungkap sifat/kepribadian, termasuk semimorfogenik kalau lebih membandingkan aspek-aspek di dalam diri orang itu sendiri, alih-alih membandingkan dengan orang lain (misalnya pada skor ipsatif).

Namun Allport mengingatkan bahwa riset dokumen pribadi mengandung dua hal penting:

a. Studi dokumen pribadi adalah strategi idiografik untuk mengukur unitas, keunikan, dan konsistensi dari individu.

b. Pendekatan kasus-tunggal memperlakukan penelitian kepribadian sebagai usaha untuk memahami secara utuh organisme dari sisi pandangan subjektif atau fenomenal. Dampaknya, pendekatan kasus-tunggal memecahkan kekacauan kepribadian dengan memakai pemecahan orang itu sendiri.

2. Psikoterapy

Bagi Allport, pribadi yang sehat dan masak adalah orang yang terus menerus dalam kondisi berubah (becoming), sedang pribadi yang tidak sehat dan tidak masak adalah mereka yang perkembangannya mandeg. Allport setuju dengan Freud bahwa perkembangan individu dapat terpenjara sebagai akibat kesalahan hubungan dengan orang tua, khususnya dengan ibunya pada awal masa kanak-kanak.

Menurutnya, "bentuk terbaik dari terapi adalah memberi cinta dan menerima cinta." Tetapi itu hanya satu sisi dari gambaran manusia. Ada banyak orang yang memiliki latarbelakang rasa aman dan cinta ternyata belakangan menjadi neurotik. Walaupun latarbelakang keamanan dan cinta membuat mereka bebas berkembang, masalah lain muncul merusak. Orang mendapat tekanan untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat normal, dan sering penyesuaian itu menghalangi pertumbuhan yang positif. 

E. EVALUASI

Banyak pakar yang menganggap Allport sebagai bapak psikologi kepribadian di Amerika, melalui bukunya yang terbit tahun 1937, dia menempatkan "kepribadian" dalam peta psikologi. Namun konsep Allport mengenai disiplin psikologi kepribadian sejak awal sudah kontroversial. Dia menekankan pentingnya pengorganisasian sebagai pembentuk kepribadian.

Teori Allport ternyata tidak banyak merangsang penelitian psikologi. Mungkin karena pendekatan morfogenik yang kurang disukai psikologi kontemporer yang lebih kuantitatif dalam penentuan responden (jumlahnya banyak) dan dalam melakukan analisis (memakai jargon statistik). Di samping itu teori Allport sukar diterjemahkan kedalam batasan operasional, lebih- lebih kalau penelitian akan dilakukan di setting laboratorium. 

(Sumber: Buku Alwisol "Keunikan Individu Gordon Allport) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun