Mohon tunggu...
Eliyani
Eliyani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

\r\nhttp://elysta-simplewish.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buah Tangan dari Rhein

31 Januari 2016   12:35 Diperbarui: 31 Januari 2016   14:31 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Ada yang tak mudah diterima oleh pandangan manusia, sekalipun kita sudah merasa paling benar. Bisa saja perasaan dan logika kita merasa paling sehat, paling benar, padahal ada pemilik hati dan logika yang membolak-balikkan hati, memang Maha Benar, Tri.”

“Maksudmu?” Tri merasa dikhianati. Kesetiaannya selama ini dibalas dengan luka.

“Kamu pernah bilang, aku harus sedikit kejam dalam menjaga diri. Clara banyak mengajariku mengenal Tuhan. Apa yang dianjurkanNya, apa yang dilarangNya, apa yang disukaiNya dan apa yang tidak disukaiNya..”

“Tapi aku sangat mencintaimu, Ken. Kita tidak merugikan orang lain ‘kan?”

“Aku ragu, Tri. Perasaanmu bisa saja hanya akumulasi dari pikiran bawah sadarmu yang kamu kira cinta. Pelarian dari kesepian-kesepian dan pencarian perlindungan menemukan orang yang benar-benar mengerti dengan kondisimu. Dan ternyata aku salah dalam memberimu perhatian. Aku ingin kamu sembuh, Tri. Nanti kamu akan kita kenalkan kepada gadis yang cantik dan solehah, namanya Nayla. Akupun ingin mencintai seseorang karena Allah, bukan karena perasaan atau pemikiranku yang bisa saja keliru. Kamu masih ingat kisah kaum sodom di zaman nabi Luth ‘kan? Allah sudah menunjukkan ke-Benaran-Nya.”

“Tapi aku merasa terjebak, ken. Dalam tubuhku sendiri. “

“Semua memang butuh waktu. Sesakit apapun itu. Aku ingin suatu saat kamupun mencintai dan menikahi seorang wanita. Maafkan kita, Tri. Sengaja aku tidak memberimu kabar. Aku butuh waktu untuk menjelaskan semuanya.”

Tri terisak. Pedih. Merasa terasing.

“Ayolah..Tria Lesmana Mahardika, kamu laki-laki, Masbro!! Jangan menangis. Kita peduli sama kamu. Gunakanlah akal sehatmu untuk memikirkan hal yang lebih diridhoi Allah. Kita sama-sama berjuang.” Ken menepuk pundak sahabatnya itu.

Tri bangkit dari duduknya. Dihampirinya meja kerja yang penuh dengan design baju setengah jadi. Diambilnya sebuah gunting. Dengan mata berkaca-kaca, Tri menghampiri keduanya..

Biar Tuhan yang menentukan segalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun