Mohon tunggu...
Eliyani
Eliyani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

\r\nhttp://elysta-simplewish.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buah Tangan dari Rhein

31 Januari 2016   12:35 Diperbarui: 31 Januari 2016   14:31 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari berganti minggu, bulan berganti tahun. Clara dan seorang supir keluarga banyak menemani Ken berpetualang ke tempat wisata dan bersejarah di Jerman, seperti Jasmund National Park dengan Victoria Sicht dan konigsstuhlnya, Rugia Island dengan pasir putihnya yang cantik, Holstentor gate yang berdesign gothic, Bradenburg Gate, Herrenhauser garten, kota Ruedesheim dengan perkebunan anggurnya dan Sungai Rhein.

Moment-moment tersebut tak lupa di postingnya di akun instagramnya. Sedikitnya dua minggu sekali Ken memberi kabar pada Tri lewat seluler atau messenger. Suara Ken memberi semangat yang besar untuk kehidupan Tri. Butik dan usaha yang dimiliki Tri kian maju pesat. Tri mulai mengembangkan sayap bisnisnya ke bidang yang lain. Kesibukannya mampu mengalihkan kesunyian hatinya.

Kecuali tiga bulan terakhir, Ken jarang menelefonnya. Akun media sosial Ken pun tidak bercerita banyak. Tri mulai khawatir. Dihubunginya Ken. Tak ada respon balik. Tapi menurut keluarga Baldwind, Ken baik-baik saja. Pernah suatu kali ketika Tri menghubunginya, ken membalas dengan mengirimkan sebuah foto perempuan bule, cantik dan berkerudung, tapi bukan Clara.

Sementara itu, di middle Rhein, mengalir keindahan lain menyaingi hamparan bukit hijau tanaman anggur dan kastil-kastil kuno yang cantik. Keindahan yang mengalir dari bibir Clara meriwayatkan kisahnya menjadi mualaf setelah mempelajari sastra dan kebudayaan Islam. Perjuangannya berada di tengah-tengah keluarga non muslim serta lingkungan minoritas muslim tidak menyurutkan tekadnya memeluk agama Islam. Ken memperhatikan dengan seksama. Clara bertutur dengan santai sambil menikmati ice cream Vanilla kesukaannya. Sedangkan Ken menyeruput secangkir caffucino hangat. Di atas meja terhidang dua sajian schnitzel dan bratwurst.

“Khumairaku.., terimakasih atas semuanya. Nanti kalau kita ke Indonesia, kita kunjungi Tri. Siap atau tidak siap, aku harus menyelesaikannya. Mudah-mudahan semuanya menjadi awal yang baik untuk semuanya. Ah, aku sudah kangen sekali dengan kedua orangtuaku.” Ken menggamit tangan Clara.

*

Siang itu tak nampak sama sekali mendung. Cuaca Kota Kembang memang selalu ramah pada setiap pengunjung. Begitupun penghuninya. Tri menyambut kedatangan dua sahabatnya dengan pelukan hangat. Banyak hal yang diungkapkan selama perjalanan Ken di Jerman hingga menyelesaikan study disana. Hijrahnya Clara yang mendapat pertentangan dari lingkungan, sampai jatuh bangunnya Tri dalam mengelola bisnisnya.

“I miss you..” Lirih Tri pada ken. Ketiganya berpandangan.

“Maafkan aku, Tri.” Ken tak tega melanjutkan kalimatnya. Dia merasa sangat bersalah. Clara meyakinkan dengan senyuman.

“Aku minta maaf, Tri. Waktu mengubah semua hal. Alhamdulillah aku sudah menikah dengan Clara.”

Hati Tri memang sehampa angkasa. Tapi tidak sekuat petir menghantam ulu hatinya. Mendung di kelopak matanya. Tri tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya barusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun