Hiruplah udara bersamanya
Jangan pernah lengah
Setiap otak yang kau pikirkan adalah sumber bentuk
Sumber warna
Sumber girang
Ah, sudahlah
Kau renta. Aku tak perlu menjelaskan betapa pentingnya duduk di depan pigura yang kusisipkan padamu.
Pergilah
Bawalah setiap kisah dalam tanganmu
Aku menunggu itu
Depok, 4 Mei 2015
Lukisan di Pinggiran Zaman
Goresan: Lathifah Edib
Tuan-tuan, puan-puan, mari pegang ini kuas
Kuas terbuat dari cahaya
Kalian tahu sumbernya dari mana?
Mata hati, mata akal, mata sosial
Tuan-tuan, puan-puan, mari pegang ini pena
Lukislah kami yang berpuisi
Tentang tuan-tuan dan puan-puan
Yang menatap raut alam seperti menatap kasih Tuhan
Tuan-tuan, puan-puan,
Di atas koran, kami siapkan pewarna dari pelangi
Itu warna-warni murni dari doa kami
Tolong kalian gunakan sebagai pewarna kehidupan
Tuan-tuan, puan-puan, kami berikan ini kanvas
Terbuat dari kulit mati rakyat
Dan remah-remah bangkai penghuni hutan
Bisakah kalian lukis kesakitan alam?
Bisakah kalian lukis besarnya impian kebahagiaan?
Tuan-tuan, puan-puan, kami punya keinginan
Dilukis saat tangan kalian terpukau menatap matahari
Di mata orang-orang jalanan
Tuan-tuan, puan-puan, kami tak punya uang jutaan
Kami hanya punya recehan hasil mengamen
Kenapa mesti berhenti melukis kami?
Tuan di pojok sana, puan di ujung sana!
Hei, ayo bangun dan pandang kami!
Kami pinta lukis tanpa paksaan
Bukankah tangan kalian perpanjangan Tuhan?
Bukankah gerakan ruh kalian di kanvas itu adalah tarian jiwa?
Ayo meliuklah seiring musik sederhana dari gitar usang ini
Tuan di tengah sana, puan di lantai pelataran
Kami ingin rebah dan tersenyum di kanvas itu
Kami ingin bernapas tanpa isakan
Kami ingin terbahak menatap raut muka kalian
Yang sedang serius melukis kami
Ya, kami: napas jiwa kalian
Kami hanya punya mimpi
Kalian lah yang beri warna pelangi
Kami hanya punya recehan
Kalian lah yang mesti lukiskan istana megah
Kami hanya punya senyuman
Lukiskanlah selagi senyum kami masih setulus awan
Tuan-tuan, puan-puan, berhari-hari kami menatap awan
Yang tampak sekadar wajah muram
Langit belah, udara aroma marah, tanah pun gerah
Detik ini, duhai tuan puan...
Kami ingin melihat lukisan bercerita tentang kami
: bocah-bocah di pinggiran zaman
Yogya, 030515