Proses baiat ini menjadi langkah awal dalam memasuki dunia tarekat yang menantang. Ajaran dalam tarekat terbagi menjadi dua kategori, yaitu ajaran khusus yang hanya diikuti oleh anggota tarekat tertentu dan ajaran umum yang dapat diikuti oleh umat Islam di luar tarekat tersebut. Zawiyyah, tempat di mana para pencari kebenaran menjalankan praktik spiritual, seperti meditasi, pengulangan zikir, dan wirid sesuai dengan ajaran tarekat mereka, merupakan asal mula dari perjalanan kaum sufi yang mencari petunjuk rohani.
Sejarah Tarekat Dalam Islam
Dalam penelitian sejarah perkembangan tasawuf, perkembangan tarekat dibagi menjadi empat periode yang dimulai dari abad pertama Hijriah. Pembagian ini didasarkan pada perubahan dalam masyarakat Muslim dari satu generasi ke generasi berikutnya, yang dipengaruhi oleh fenomena keberagamaan yang berubah dari masa ke masa. Awal mula tasawuf dapat ditelusuri hingga masa sahabat dan tabi'in, meskipun istilah "tasawuf" belum digunakan. Pada masa itu, umat Islam menjalani kehidupan seimbang, menjauhi budaya pragmatis, materialisme, dan hedonisme, meskipun istilah "tasawuf" belum dikenal.
Periode Pertama (Abad ke-1 dan ke-2 H): Pada periode ini, tasawuf muncul sebagai respons terhadap perubahan sosial dan ekonomi setelah masa nabi Muhammad SAW. Masyarakat fokus pada aspek teologi dan pembentukan syariat Islam, dan para tokoh sufi seperti Hasan al-Bashri dan Rabi'ah al-'Adawiyah menekankan kesederhanaan dalam gaya hidup dan ketakutan kepada Allah.
Periode Kedua (Abad ke-3 dan ke-4 H): Tasawuf mengalami perkembangan signifikan. Ilmu tasawuf berkembang menjadi tiga cabang utama: ilmu jiwa, ilmu akhlak, dan ilmu ghaib (metafisika). Fokus penelitian bergeser ke arah wusul (mencapai kesatuan) dan ittihad (persatuan) dengan Tuhan.
Periode Ketiga (Abad ke-5 H): Terjadi perkembangan dan perubahan dalam ajaran tasawuf. Tasawuf sunni terus berkembang, sementara tasawuf falsafi mengalami penurunan popularitas. Konsep tarekat sebagai kelompok yang melakukan zikir mulai muncul pada masa ini.
Periode Keempat (Abad ke-6 H dan seterusnya): Tasawuf falsafi mengalami kebangkitan dalam bentuk yang lebih komprehensif, terutama dengan karya-karya Ibnu Arabi. Perkembangan tasawuf pada periode ini memiliki dampak signifikan pada perkembangan tarekat.
Berdasarkan perkembangan tersebut, tarekat mulai muncul pada abad keenam Hijriah, dengan awalnya sebagai jalan spiritual individu yang menuju pemahaman hakikat. Pada abad berikutnya, terutama abad ke-3 dan ke-4 H, muncul berbagai tarekat sebagai persiapan. Kedatangan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani pada abad ke-6 Hijriah menandai perubahan arah dalam perkembangan tarekat, dan sejak saat itu, berbagai tarekat muncul, termasuk cabang dari tarekat Qadiriyah dan tarekat-tarekat yang berdiri sendiri.
Macam-Macam Tarekat Muktabaroh, Tokoh dan Pemikirannya
Tarekat Qadiriyah
Tarekat Qadiriyah adalah tarekat yang didirikan oleh Syaikh Abdul Qadir al Jilani yang hidup pada tahun 470-561 H/1077-1166 M) yang digelari Sulthan al Auliya', al Ghauws, Quthb al Auliya' beliau sangat terkenal di kalangan masyarakat muslim, khususnya di Indonesia.