Mohon tunggu...
Elida Sari
Elida Sari Mohon Tunggu... Penulis - Elida Sari

Ig : elidasari4

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Jurnal: Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel "Konspirasi Alam Semesta" Karya Fiersa Besari

13 Juli 2021   03:13 Diperbarui: 25 Juli 2021   06:27 13342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Gadis itu mengerutkan dahi, berupaya menerka. Beberapa detik berselang, ia seolah tersadar. “Aku ingat kamu!” serunya seraya menunjuk balik. “Kamu yang menabrak aku di Palasari, kan?” Ia lalu teratwa. Lelaki itu menimpali dengan canggung.

“Ana Tidae. Panggil aja Ana.” Dengan nada ringan, ia memperkenalkan diri.

Lelaki itu lantas duduk di seberangnya. Pandangannya melekat pada sang gadis, mungkin heran dengan konspirasi alam semesta yang kembali mempertemukan mereka; atau mungkin karena mengagumi wajahnya yang berpendar menyapu gelap, kala mentari telah bosan bercengkrama dengan bumi. Gadis itu serupa bintang jatuh.

  • Tema : Kisah Perjalanan Hidup dan Cinta Sepasang  Pemuda

Novel ini berkisah tentang perjalanan hidup dan cinta sepasang pemuda, dalam menjalani kehidupannya yang penuh lika-liku dan berbagai tantangan dipertengahan usia 20-an. Data pada halaman 19:

Juang pun akhirnya menetap di Bandung, kota yang mengingatkanya pada Makassar dan Manado. Tidak sebising Jakarta, namun tidak sejauh itu untuk menjenguk sang bunda, sesekali ia menjadi wartawan lepas, sering kali ia membantu Dude di kedai kopi. Cita-cita terdekatnya adalah mengangkat sejarah Papua. Dua tahun berselang. Juang kini mengerti bahwa tidak semudah itu menjadi seseorang yang berguna.

Tapi, ibu, anak sulungmu sedang jatuh cinta.

  • Penokohan dan Perwatakan
  •  Penokohan 
  •   Juang Astrajingga : Pemuda dengan jiwa yang bebas yang menyukai tantangan dan sosok keras kepala. Juang merupakan anak sulung dengan seorang adik laki-laki yang lahir dikeluarga sederhana yang terseret-seret dicap “kiri”. Data pada halaman; 16 & 17

Batu itu bernama Juang Astrajingga. Lahir 26 tahun silam, pada bulan Desember, di sudut Timur Jakarta. Ia tumbuh di rumah sederhana dalam keluarga pragmantis yang harus senantiasa menunduk semasa rezim Orde Baru dulu. Betapa tidak? Karena sang paman – kakak tertua ayahnya—adalah anggota Lekra, dan sang ayah sering menjadi simpatisan Lekra, keluarganya pun harus terseret-seret dicap “kiri”. Padahal Juang tahu: Ayah, apalagi ibunya, tak pernah memilih hendak berada di kiri atau kanan; keluarganya dianaktirikan Negara karena alasan yang tidak jelas; ia dan adiknya dicibir oleh anak tetangga karena dosa yang tidak mereka mengerti.

Anak eks tapol!!

Musuh Negara!

Pengkhianat!

Hinaan-hinaan itu biasanya berujung dengan perkelahian yang membawa Juang kecil pada hukuman dari sang ayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun