"Terlambat, Kunti. Laki-laki bernama Ibas itu sudah meninggalkan kontrakannya. Ia harus pulang untuk menemui kedua orangtuanya. Sepertinya ia akan bertunangan. Dan, kupikir itu sangat mengecewakanmu, bukan? Itulah sebab ayah terpaksa..."
Tak perlu menunggu ayah menuntaskan kalimatnya. Kembali kuraih daster putih kesayanganku. Kukenakan ala kadarnya dan gegas melayang menggunakan kecepatan cahaya menuju jalan tol.
Sayang sekali aku terlambat. Di kilo meter kesekian mobil avanza putih yang meluncur kencang dari arah Malang-Pandaan itu tiba-tiba kehilangan keseimbangan. Salah satu bannya pecah. Mobil itu jungkir balik keluar dari bahu jalan.Â
Kulihat seorang pria yang suka berbicara dengan cicak di dinding terpental keluar.
"Ayaaaah ... aku benci menjadi anakmu!!!"
Jeritan pilu itu sengaja kuteriakkan keras-keras. Kubiarkan menguar memecah kesunyian malam.
***
Malang, 1 Juli 2023
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H