Tanpa pikir panjang, saya segera mendaftarkan diri di sekolah itu. Tak peduli meski jarak tempuh dari rumah tinggal saya sangatlah jauh. Yang penting saya bisa sekolah.Â
Kembali hati ini diselimuti rasa haru manakala seragam abu-abu putih itu akhirnya bisa saya kenakan.
Mendapat Beasiswa Lagi, dan Lagi
Ya. Saya melihat peluang itu. Ada beasiswa bagi siswa berprestasi di sekolah tempat saya menuntut ilmu. Tentu, saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan baik itu.
Sebagai siswa yang berasal dari keluarga ekonomi bawah, beasiswa menjadi harapan satu-satunya untuk bisa mewujudkan impian yang terpendam. Saya pun berusaha terus mempertahankan prestasi akademik saya dengan disiplin dan tekun belajar.
Alhasil. Saat kelulusan saya meraih nilai gemilang. Dan, kembali mendapat beasiswa dari pemerintah setempat untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
Gagal Lanjut ke Perguruan Tinggi, Bukan Akhir Segalanya
Mendadak ayah angkat sakit keras dan itu mengharuskan saya menjadi tulang punggung keluarga. Membuat beasiswa untuk lanjut ke PT tidak saya ambil.
Apakah saya menyesal?
Ya. Rasa sesal itu sempat terbersit di hati kecil saya. Tapi, kemudian saya mengalihkannya ke bentuk rasa syukur. Bersyukur Allah telah memberi kesempatan dan kemudahan sampai sejauh ini.
Meski hanya lulusan SLTA, saya tidak berkecil hati. Saya tetap bisa mewujudkan cita-cita yang tersimpan sejak kecil. Yakni menjadi seorang guru atau pengajar.