Saya Pernah Mengalami Putus Sekolah, dan Itu Menyedihkan
Bicara tentang anak putus sekolah, saya punya pengalaman pribadi yang tidak terlupakan.
Ya. Saya pernah mengalami putus sekolah. Saya tidak bisa melanjutkan ke jenjang SLTP setelah lulus Sekolah Dasar.
Apa sebab?
Karena saya hidup di lingkungan yang kurang mampu, juga kurang memahami betapa pentingnya mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Kedua orangtua angkat saya memiliki prinsip jadul;Â Setinggi apa pun anak perempuan bersekolah, toh kelak ia akan berkutat juga di dapur, sumur, dan kasur.
Dan, prinsip itu diberlakukan pula kepada diri saya.
Lulus kelas 6 SD, saya tidak mendapat support apa pun, dan dari siapa pun. Saya dibiarkan tumbuh dan berkembang begitu saja tanpa pengarahan. Saya hanya mendengar satu rencana, yakni dalam waktu dekat saya akan dijodohkan dengan seorang pria, kerabat dekat dari ibu angkat saya.
Perjodohan, ya?
Tentu saja saya ngeri mendengarnya. Bukankah saya ini masih bocah, masih bau kencur? Saya bahkan belum akil baligh.Â
Saat itu saya hanya paham satu hal. Di dalam diri ini ada sesuatu---yakni cita-cita yang harus saya raih dan saya wujudkan.
Dari situlah awal saya berani melakukan pemberontakan.