Pekan lalu saya melakukan kunjungan rutin ke Kampung Topeng. Tempat bermukim para ex gepeng dan anak-anak jalanan.
Ada satu hal yang membuat saya kepikiran hingga saat ini. Nasib salah satu bocah yang tinggal di sana, bernama Kiki, berusia sekitar 9 tahun.Â
Kiki baru saja kehilangan ibundanya. Setelah dua tahun silam ayahnya berpulang mendahului. Praktis Kiki kini menjadi yatim piatu.
Dan, yang membuat hati ini miris adalah, sejak ditinggal ibundanya, Kiki jadi kurang bersemangat. Bahkan tidak mau bersekolah lagi. Dari penuturan teman-temannya, saya mendapat bocoran mengapa Kiki sampai melakukan aksi mogok sekolah itu.
"Dia malu karena sudah kelas 2 belum bisa membaca, Bun."
Sebagai seorang ibu, mendengar hal demikian, sontak jiwa cerewet saya muncul. Saya pun ngerih-erih Kiki, merayunya agar ia mau masuk sekolah lagi.
"Sekolah itu penting, Nak. Sangat penting. Dengan rajin bersekolah kamu bisa mewujudkan cita-citamu. Bukankah kamu ingin menjadi Polisi? Masa Polisi tidak sekolah? Mana bisa?'
Sebelum meninggalkan Kampung Topeng, saya kembali mewanti-wanti Kiki.
"Minggu depan kalau Bunda Lilik ke sini, Kiki harus sudah sekolah. Oke?"